Sisa Hujan Sore


Sore ini hujan turun deras sekali disertai dengan petir yang menggelegar di langit kampungku. Dengan itu, hampir semua warga menarik selimut agar terasa hangat. Ada juga yang menghangatkan dengan selimut hidup. Dengan itu, kampung sunyi.

Di waktu itu, aku justeru terjaga. Tak lama dari itu aku sudah terlelap dari tidur siang, menjelang asr. Apa yang terbesit kemudian ialah tentang gambaran kematian di depan mata.

Jadi tadi sebelum pulas tidur aku menonton pusara-pusara artis di Indonesia. Wajah yang dulu akrab di layar kaca, kini hanya sekedar kenangan. Mereka sudah abadi di alam sana bersemayam bersama keadilan Allah Swt.

Aku pun berpikir, mungkin aku nanti begitu. Bukan mungkin tapi pasti. Aku yang sekarang terjaga dan sehat, ialah sekian nama yang nanti tinggal cerita saja. Bagi mereka yang kenal akan tersisa kesan. Bagi mereka yang tak kenal, mungkin secuil pertanyaan, siapa sih dia.

Soal kematian ini banyak sekali kita lalai. Mungkin karena ia tak pasti bukan berarti hal tak berarti. Ia adalah kepastian yang cepat atau lambat menemui korbannya. Beruntung untuk yang terjaga, perginya ia bak bertemu sang kekasihnya. Tapi untuk mereka yang kerapkali hilaf dan tercebur di dunia hitam, maka segalanya terasa menyakitkan.

Sore ini pun gelap, lampu mati. Mati lampu mengingatkan betapa gelapnya alam kubur. Hem, kapan kita merenung. (***)

Posting Komentar

0 Komentar