FENOMENA UMMAT


===

Ada yang memilih sunyi dan lari dari hiruk-pikuk dunia,
Karena baginya dunia tak ada arti
Menyendiri di gua di temani sepi
Atau tetap di rumah menutup dari kenyataan manusiawi

Ada juga yang teriak haram sana-sini,
Sibuk membid'ahi apa yang tak sehati
Katanya demi agama suci
Seolah semua selesai dengan caci-maki

Ada juga yang ingin negeri seperti surgawi
Hukum syari jadi dasar negeri ini
Tapi lupa etika, tak peka keadaan, dan abai kenyataan hari ini
Kekeuh saja hingga tabrak-pukul sana-sini

Ada juga yang gila jabatan
Kemana-mana matanya jelalatan
Jilatnya pun tak karuan
Peci dan simbol agama hanya jadi bahan jualan

Ada juga yang sok idealis
Katanya Islam sudah tak lagi realistis
Dia teriakkan laku liberalis atau sekuleris
Sikap dan langkah serupa kacang terselip di dunia mistis

Ada juga yang diam-diam menebar pesan cinta
Tak ingin terkenal di dunia
Hanya ridha tujuannya
Memilih bekerja daripada berkata ingin disebut 'Ulama

Ada juga yang lupa,
Pada sejarah bangsa yang panjang lagi penuh luka
Abaikan jasa para Pahalwan Bangsa
Dari ragam agama, suku, dan ras di Nusantara

Islam memang tak akan sirna di dunia
Tapi tak ada jaminan abadi di Indonesia
Itu bukan kata saya nan hina
Itu kata Pendiri Organisasi ternama

Seyogyanya bukan ego kelompok lagi kebesaran diri di cari
Rasanya itu sementara, hanya cari sensasi
Tak akan abadi
Jadi cemooh di masanya nanti

Perkuat persatuan dengan ketulusan
Pada siapa-dimana dan bukan pembenaran
Dari suara hati yang rakus oleh kekuasaan
Sadarlah akan titah Tuhan

Kematian pasti menyapa
Tak kenal gelar dan rupa
Pada siapa pun pasti akan ada
Cepatlah taubat, membenarkan dengan tulus pada buhul-Nya

Yang sekarang dipegang akan sirna
Yang dibanggakan akan jadi cerita
Yang di duduki pun sama
Semua amanah dari-Nya, jangan lebur lupa pada tujuannya untuk apa

Kaum Dhua'fa harus dirangkul bersama
Bukan jadi bahan tertawa dan jadi bahan janji tanpa ada aksi nyata
Syiar penting di jaga
Agama harus jadi penyejuk dan rumah penuh cinta

KKN masuk ke mana-mana
Pendidikan anak bangsa merana
Literasi hanya milik kaum berpunya
Yang tak punya banyak jadi babu, betapa mahal biaya 

Tanah makin menyusut, tak kota pun sama desa
Di beli kaum bertahta
Punya harta, kuasa, dan gurita di mana-mana
Siapa peduli pada nasib mereka, kaum sekarat yang tiap saat menangisi perut laparnya

Duh Rabbi, maafkan kami
Masih jua belum memahami
Rusaknya bumi dan adanya pandemi
Hanya karena kebodohan kami

Kami Kembali,
Munajat pada-Mu Ilahi
Enyahkan musibah Ummat ini
Mudahkan kami mencapai kejayaan yang hakiki.
--

Pandeglang |  26/7/21

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar