Ada "Pelabuhan" di Madura

Langit kotaku yang cerah dengan helo Kitty lagi istirahat. (Sumber dari kamu)

Mungkin benar ya, tidak ada salah saat kita mencintai dan dicintai. Itu tidak sia-sia. Sebab selalu punya makna bagi siapa yang mampu belajar darinya. Kita hanya berikhtiar, saat kita terus bersama sampai halal itu anugerah. Kalau pun berakhir misalnya, sedikitnya kita punya kenangan untuk bekal untuk masa-masa yang berat nanti.

Ketika aku termenung di halaman rumah, dengan mushaf masih di tangan aku melihat sepasang merpati tengah serius berbincang menatap mentari sore. Tiba-tiba aku ingat kamu, ingat hubungan kita yang dua bulan ini tengah bersemi. Tiba -tiba aku rindu kamu, laki-laki nun jauh di sana.

Sebagai wanita yang baru mengenal arti sebuah cinta, aku sungguh disesaki perasaan yang entah gimana. Saat aku bicara "belum siap untuk ke arah sana" aku dihadapkan dua hal, antara aku ragu dan ingin. Ragu masih ada masa-masa untuk aku belajar banyak hal terutama apa yang sempat kita obrolkan cukup serius itu.

Tapi aku tidak munafik, aku wanita normal yang juga seperti dua merpati itu bercumbu manis sambil menikmati senja bersama dalam pelukan malam. Aku ingin, seperti mereka yang mendayung mimpi; aku ingin membuktikan aku punya kamu.

Saa orang sekitar "serasa mendesak" mempertanyakan laki-laki yang buatku rindu singgah di rumah, aku hanya bekilah. Ia belum siap, ia sibuk, dia sibuk meraih mimpinya dan satu lagi, cinta ini berat di ongkos. Aku paham itu, aku menerima keadaanmu. 

Bukankah mencintai dan dicintai itu harus realitis ya?

Itu katamu, yang selalu kamu ajari. Sesungguhnya, aku malu seperti diteror tanya tapi aku tidak mau membebani pikiranmu. Aku tahu perjuanganmu, tapi orang sekitar belum tahu, itu soalnya. Ternyata, mencintamu punya risiko.

Hemm, kalau aku harus menanti, akan selama apa? Apa itu akan sia-sia pada akhirnya hubungan kita hanya sebatas di dunia maya tanpa temu muka? Atau tidak berakhir di KUA yang menjadi para pecinta yang percaya pada risalah rasul mulia Muhammad al-mustofa!?

Saat kamu belum mampu dan nanti ada yang lebih dulu mampu singgah ke sini, mungkin aku jadi bingung. Meski hatimu lebih dulu singgah tapi nyatanya dia yang lebih dulu datang ke bapak memintaku dengan restunya? Aku sungguh cemas kalau hal itu terjadi, bagaimanapun aku wanita biasa yang entah suara apa akan aku dengar kalau terlalu lama menantimu di sini, dalam ruang penuh teka-teki.

Maafkan aku sayang, mungkin ini buatmu tidak enak. Mau gimana, dalam hidup mungkin terjadi banyak kemungkinan yang tidak salalu kita inginkan dan harapkan. Seperti rindu ini, siapa menyangka bisa menyatukan kita dalam harap?

Dari dulu mungkin aku tahu kamu, pernah membaca tulisanmu tapi tidak pernah berpikir bisa sedekat ini menyapamu, berbagi banyak hal bersamamu. Itulah kemungkinan waktu yang tak pernah kita tahu.

Boleh kiranya aku berharap lebih; apa mungkin kamu ke sini? Ke daerah di mana aku lahir dan dibesarkan, di mana mungkin aku menyemai mimpi-mimpi masa depan bersamamu. Di mana bibit yang kita tanam mungkin melahirkan generasi yang unggul lagi potensial?

Mungkin benar ya, tidak ada salah saat kita mencintai dan dicintai. Itu tidak sia-sia. Sebab selalu punya makna bagi siapa yang mampu belajar darinya. Kita hanya berikhtiar, saat kita terus bersama sampai halal itu anugerah. Kalau pun berakhir misalnya, sedikitnya kita punya kenangan untuk bekal untuk masa-masa yang berat nanti.

Terlepas dari itu, aku mendukung usahamu meraih apa yang kamu tuliskan dalam senarai karyamu. Meskipun jauh, percayalah, aku tidak henti meminta pada-Nya agar tetap menjagamu dan memudahkan jalanmu sampai di dermaga cita-cita cerahmu, juga mimpi kita. 

Jaga kesehatan sayang, jangan banyak bergadang, seperlunya saja. Kejar targetmu. Jangan menyerah dengan kegagalan yang mungkin kamu hadapi, percayalah, orang besar itu mereka yang terus bangun dari kegagalan yang ingin menyurutkan mimpinya. Aku yakin, kamu bisa dan mampu.

Doakan aku juga, semoga cita-citaku juga tercapai. Sebisa mungkin aku menjaga rasa ini, kesetian ini dan menyuburkan kerinduan ini. Jangan lelah dengan sifat ku yang sering buatmu jengkel; kenakalanku yang buatmu cemas, dan kerinduan yang malu untuk aku ungkapkan padamu. Satu lagi, mungkin agak cerewet. Hihi.

Sudah ya, malam kian larut. Baik-baik Anak Emak di sana, ingat saja, selain punya masa lalu, kamu pun punya aku di sini. Hiks! (***)

Tanah Berpijak,  18 Juni 2023     21.35

Posting Komentar

0 Komentar