Bukan Surat Untukmu

.
Potret aktivitas di sana (Sumbar Pribadi)

Selamat Malam Ning,

Semoga rasamu tidak sedingin cuaca malam ini ya, bumi basah oleh cucuran langit yang tengah menangisi atau bersyukur atas takdir dirinya. Ning, kamu baik-baik di sana ya, cepat sembuh.

Agama adalah esensinya cinta, siapa yang mengaku beragama maka tidak ada tersisa kebencian di jiwanya. Jiwa yang suci itu ruh iman di dada. Beriman tidak cukup di lisan ya, itu yang diajarkan Ibu Nyai di pondok, katamu.
~ Mahyu An-nafi

Ning, aku sedang membaca buku terkait pandangan orang awam terhadap Islam di seluruh dunia. Buku ini sendiri hasil survey lapangan yang dilakukan Gallup Word Poll. Ini fakta menarik seputar pandangan mereka yang bukan siapa-siapa berbicara tentang agamanya.

Misalnya tentang Islam melihat barat, apakah masih sinis seperti opini yang terus kita dengar atau justeru sebaliknya. Ternyata Ning, betapa banyak dari kita yang memang tidak sesinis itu  pada barat. Kita menaruh hormat  pada budaya berpikir mereka, budaya disiplin dan keilmuannya. Walaupun ada hal yang membuat kita agak ngeri dengan moral yang kebablasan.

Kamu tahu Ning, tidak hanya suara kita yang mempersoalkannya bahkan warga Amerika sendiri yang peduli moral agak terganggu juga. Artinya, urusan moral bukan hanya soal kita hati nurani. Siapa yang biasa mengasah hati nuraninya akan terusik.

Ning, kamu tahu gak, kalau sering membaca dinamika pemikiran Islam dari ragam zaman membuat kita terpacu ingin berbuat lebih untuk agama hanif ini. Selama ini banyak hal yang belum kita lakukan, terutama sumbangsihnya.

Kamu tahu Gus Dur, Ning?

Terlalu kalau gak tahu ya, termasuk pemikir Islam besar itu. Coba nanti kamu baca ya atau lihatlah sepak terjangnya. Memang sering buat kontroversi bahkan tak sedikit yang melabelinya dengan sebutan yang buat kuping tidak enak.

Soalnya bukan itu Ning, tapi ikhtiar beliau membumikan nilai-nilai budaya santri. Santri yang dulu dilihat ndeso diajak untuk open mind. Lembaga pesantren yang sering di curigai saat beliau aktif di PBNU dibuatkan program agar lebih update dengan keperluan zaman dan aneka perubahannya. 

Kita pun bisa lihat dari Cak Nur misalnya atau Emha Ainun Nadjib bagaimana nilai Islam harus mampu diterjemahkan dalam kehidupan. Ramah, tegas dan mampu memanusiakan manusia. Atau melalui Syaikh Jalaludin Rumi dengan dawai asmaranya.

Agama adalah esensinya cinta, siapa yang mengaku beragama maka tidak ada tersisa kebencian di jiwanya. Jiwa yang suci itu ruh iman di dada. Beriman tidak cukup di lisan ya, itu yang diajarkan Ibu Nyai di pondok, katamu.

Kalau bercerita tentang peradaban Islam kita tidak akan lepas dari Ulama-ulama. Bolehlah kita nanti mengupas siapa itu Imam Ibnu Katsir--ulama ahli tafsir dan sejarah. Ada juga Syaikh Almubarakfuri penulis kitab Rukhul maktum dan banyak lagi.

"Terus di mana posisi wanita di masa peradaban itu?" tanyamu.

Ya, di mana-mana. Wanita punya posisi yang sama dan terhormat. Mereka diberi ruang yang sama selama memperhatikan kodrat kewanitaannya serta tanggungjawabnya sebagai hamba Allah. 

"Mana contohnya kalau di Islam wanita punya ruang?"

Oke, mari kita buktikan. Siti Aisyah isteri tercinta Rasulullah termasuk orang yang terbanyak meriwayatkan hadits. Sepeninggal wafat Rasulullah Ibunda Aisyah termasuk 'alim 'alamah yang membuka majlis ilmu di pojok masjid Nabawi kala itu. Tidak sedikit yang belajar ke beliau.

Kalau benar Islam tidak memberi ruang, mana mungkin isteri tercinta Nabi punya ruang khusus? Belum lagi Nabi saat sohabiah Khansa melapor karena dipaksa menikah dengan orang yang bukan dicintainya, nabi mendengarkan bahkan menegur orangtuanya atas kesewenangan itu. Artinya, memang benar seperti katamu istimewa.

Rasanya itu jelas Ning, laki-laki juga wanita punya kesempatan yang sama. Tidak usah dipersamakan. Wong bentuh tubuhnya beda, lah dipersamakan. Itu mah bukan emansipasi, yang ada eman si sapi, begitu kata Doel Sumbang. 

Ya sudah ya, semangat berjuang di sana dan di sini. Sana-sini mari memperjuangkan apa yang baik untuk kita. (**)

Pandeglang, 21 Juni 2023   22.08

Posting Komentar

0 Komentar