Benarkah Ade Armando dkk, Membawa Agenda Liberalis?

Saya masih ingin membicarakan sikap dan gerakan pemikiran Ade Armando. Tentu saja dengan kawan seperjuangannya. Seperti yang kita tahu, realitas sosial diramaikan dengan anek agenda saling serang satu sama lain. Mengatasnamakan siapa dan apa yang diinginkannya. 

Ada yang mengatakan islamis, sekularis, ekstrimis, pesimsime, liberalis, dan banyak lagi. Semua punya dalil atau argumen yang kuat versi yang diketahuinya.

Dan Armando sering dituduhkan sebagai pembawa agenda liberal di Indonesia. Terlihat dari corong perjuanganya di sosial media kita tahu betapa ia begitu lantang membela.

Kalau selama ini kita masih tak lazim dengan istilah LGBT, maka pernyataannya di medsos terkait ini amat mengagetkan. Memandang Islam dengan sudut pandang yang "modern", sering ini menjadi perdebatan hangat. 

Kebebasan yang digaungkan terkadang mengarah pada paham ekstrem (baca: berlebihan), baik terhadap tokoh yang dibelanya atau ajaran yang kurang disukainya. 

Tentu masih ingat terhadap foto Gubernur Anies Baswedan yang disamakan dengan foto Joker. Yang tak sedikit orang itu mengarah pada penghinaan dan membunuh karakter pejabat negeri. Tapi atas nama kebebasan atau demokrasi, dia baik-baik saja.

Pandangannya terhadap Habib Rizieq, Felix, atau lainnya begitu hot. Di matanya mereka salah dan hina, apalagi jalan juangnya. Kita bisa meihat semua di internet. Apa dan bagaimana pemikirannya.

Maka, atas sebutan sebagai pembawa agenda liberal terhadap Ade itu tepat?

Bagi saya setelah menelaah dari corak pemikiran dan pernyataannya, itu tidak tepat. Liberal artinya bebas. Bebas dengan tidak terikat aturan yang ada. Demokrasi jadi acuan katanya.

Tapi melihat pandangan Ade dengan FPI dan HTI itu tidak menampakkan paham liberal. Sebab, kalau benar liberal pasti menerima saja dengan tidak mempersoalkan.

Seperti ia menganggap paham yang lain, itu hak warga negara. Meski negara melarang secara individual ia harusnya menerima. Karena itu bagian kebebasan setiap orang-- sebelum ada pelarangan ya. 

Terlepas setuju atau tidak sebagai bentuk kebebasan berpikir ia legowo dan tidak mem-bully siapa yang tak sejalan dengan pemikirannya. 

Sampai di sini sebutan itu kurang tepat, akan lebih pas dicap sebagai pembawa agenda koncoisme. Karena hanya agenda konconya yang dibela sedangkan pemikiran lain selalu di-marginalisasi. Tahapnya pun lebih ekstrim.

Tapi, ini hanya asusmsi saya. Setuju atau tidaknya terserah. Sebagai warga Indonesia yang baik, saya menghargai pandangan Ade Armando tetapi kurang setuju. Itu saja.

Narasi yang dibangunnya sering offside, dan itu bagi cacat. Wallahu 'alam. []

Pandeglang |  6 November 2021

Posting Komentar

0 Komentar