![]() |
Potret Pembukaan Musyawarah, Minggu (27/9/25) |
Hasil musyawarah tadi malam akhirnya memutuskan lagi kami sebagai panitia pelaksana di tahun kedua. Tentu saja ini tanggung jawab lagi yang harus dipikul. Tadinya aku ingin rehat sejenak, menentramkan diri dengan kesibukan lain. Namun permintaan dan musyawarah mufakat memutuskan untuk meneruskan kepengurusan lagi.
Ada beberapa hal hasil musyawarah yang aku catat tadi malam (1) Tagihan akan dilakukan secepatnya dengan uang iuran masih biasa. Tim penagih yang tadinya direncanakan kaum Emak kemungkinan dianulir karena dikhawatirkan terjadi hal tak diinginkan. Oleh karena itu, tim penagih akan dilakukan kaum laki-laki dan oleh orang yang berumur. Banyak yang usul penagih kemarin katanya kenapa anak-anak. Ya gimana, sulit nyari orang yang siap.
(2) Penceramah dan qori diusahakan lokal demi menghemat anggaran. Karena panitia ingin fokus pada peningkatan berkat, seperti yang kita tahu serbuan jama’ah mungkin saja terjadi. Kalau kata Mang Iip, “kampung urang mah emang tos di-list ku lain.” Hanya Abah Mujani yang punya usulan kiai dari Lebak yang muncul di acara Aksi Indonesiar, katanya bagus. Iya sih bagus, cuma yang gak bagus pasti bayarannya. Apa kata Mang Iip, ustaz yang muncul di layar kaca pasti bayarannya mahal!
(3) Besek dan ember kebijakannya seperti tahun lalu. Memang sempat ada usulan penaikan besek dari warga, namun hasil muafakat tetap ingin mempertahankan. Ada pun soal teknis di lapangan dikembalikan pada kemampuan dan kesadaran warga itu sendiri. Misalnya ada yang mampu lebih dari 2, 10, 15 bahkan lebih maka itu yang diharapkan.
Evaluasi Kemarin
Begitupula sempat dibahas penempatan besek satu titik. Cukup panas. Kenapa dilakukan, bukannya lebih baik dua titik demi menghemat waktu. Hal ini disanggah oleh bapak Satiri, katanya, kebijakan itu justeru bagus. Karena di lapangan panitia sering dibuat tak enak, ada “tangan-tangan” yang mengambil besek demi kepentingan.
Bapak Najmi menambahkan, sebenarnya masalah kemarin bukan penempatan satu titik itu, tapi pas pembagian besek tim di dalam hanya satu orang, harusnya dua tim. Tim ini yang mengoper dua arah, girang dan landeuh. Ini perlu di evaluasi, katanya begitu.
Karena pembahasannya agak panjang, aku menjelaskan, alasan penempatan satu titik itu. Sebenarnya bukan murni gagasan kami tapi usulan warga juga. Apa tujuannya? Untuk meminamisir konflik juga membungkam istilah “girang-landeuh”. Istilah girang-landeuh adalah polarisasi tidak sehat yang bisa saja merusak kenyamanan kita, maka panitia berusaha menghapus itu dengan menggabungkan berkat di satu titik.
Alhamdulillah setelah disampaikan begitu, mulai adem. Begitupula soal kiai, kenapa masyarakat tidak diajak atau diminta pendapatnya. Ketua tentu saja menjawab, namun jawaban itu tidak memuaskan si penanya. Perlu diketahui, maulid kemarin panitia tidak menganggarkan untuk penceramah.
Karena penceramah sudah dibiayai donatur. Aku sampaikan pula, sebenarnya panitia sudah merencanakan pula untuk penceramah bakal diadakan survei, kami sudah menyetujui itu. Namun di tengah jalan, ada beberapa donatur yang tidak ingin disebutkan namanya siap membiayai.
Lantas, apa iya harus diabaikan? Makanya panitia tidak memasukkan anggaran penceramah, alasannya sederhana, karena tidak menggunakan uang masyarakat. Transparansi keuangan sebatas dana iuran bukan dana pribadi di dalamnya.
Soal teknis memang sempat dibalas sih, namun sepertinya tulisan ini bakal terlalu panjang dan menyebalkan kalau dibahas semua. Intinya, dalam waktu dekat pemberitahuan ke masyarakat dulu soal isi musyawarah dan tagihan kapan.
Atas mufakat Mang Iip, Om Jalal dan panitia pelaksanaan tanggal maulid, minggu ketiga bulan mulud, di tanggal 26 atau 27 september 2026. Ada pun kiai baru mengerucut tiga nama, tapi tenang belum diketuk palu. Akhirnya hanya kepada Allah kita berharap. Semoga amalan kita di mulud kemarin bernilai ibadah dan menambah wasilah kecintaan kita pada baginda Rasulullah. Amein. Wallahu’alam. (**)
Pandeglang, 28 September 2025 21.38
Di antara foto kemarin:
Lagi serius menyimak |
Gaya dikit ya, ketua lagi serius mikirin anggaran. |
Di sela pemaparan laporan keuangan. |
Catatan: Tidak ada manusia yang sempurna, buktinya saya udah konsentrasi menghitung anggaran eh masih pula kecolongan, ternyata ada dua ratus tak terhitung anggaran. Padahal datanya di situ. Hanya luput sih. Hihi.
0 Komentar
Menyapa Penulis