Ade Armando Berulah Bicara Shalat Tak Ada Dalam Al-Qur'an, Ini tanggapan halunya

Nama Ade Armando kembali mencuat di kancah media, tak lain karena pernyataannya kelewat vulgar di Cokro TV mengatakan bahwa "Shalat tidak ada dalam Al-Qur'an". Provokatif dan bombasti sekali.

Tak lama, ribuan tanggapan kepada dosen di UI ini. Tentu dia senang dong, pasti lah. Ngapain coba buat konten begitu kalau bukan nyari sensasi. Terlebih dia kan pakar komunikasi, katanya begitu. 

Sampai MUI dan aktivis dakwah banyak meluangkan waktu karenanya. Menyanggah dengan dalil juga argumen cerdas. Sampai saya ikutan bicara, hebat dia ya? Haha.

Tapi karena saya tidak cerdas, ya saya bicara apa adanya. Lagian kalau kita telaah lebih dalam, sedalam keluguan dia terhadap nash naqli, amat nyata kok terlihat bahwa kata-kata dia itu halu. Hanya halu gitu kalau kata milenial.

Setidaknya, bisa kita lihat dari tiga hal ini:

Pertama, Ade itu dosen. Tahulah dosen gimana daya bacanya, jauh dong sama kita-kita orang biasa. Mengumpulkan rizki dari remah di pasaran atau jalanan, lah dia mah kagak. Diam aja dapat gaji. 

Kita kan boro-boro baca berjam-jam, tiap hari sibuk mengumpullkan recehan. Mana harga buku mahal, harga diri aja sekarang kan banyak digadaikan. Naudzubillah.

Karena dosen itu dia pintar, sayangnya itu bukan untuk mencerdaskan semua anak negeri tapi hanya sebagian yang dia dan sepemikiran dengan dia. Jahat banget kan? Lebih jahat dari dia yang PHP kamu. 

Kalau yang PHP kamu hanya satu orang tersikiti, lah dia, semua Ummat sedunia yang jernih akalnya. Kalau orang gak sekolah dan gak bisa baca, ya dimaklumi bicara gitu. Ini dosen loh, UI lagi. Kok suka murahan gitu ya?! Haha.

Kedua, Gila Sensasi. Kalian yang sudah lama aktif di dunia pemikiran pasti tahu, kapan dan momen mana Ade itu muncul ke permukaan. Kalau sudah tahu gampang sekali kita menyimpulkan bahwa ia hanya cari sensasi meskipun mengaku suara perlawanan. Bohong banget itu!

Kalau benar niat baik dan benar maksud kata-katanya itu pasti mendinginkan. Lah ini, dari track-record yang ada bualan yang nyelekit di hati dan iman.

Buahnya apa? Biar dikenal dan sensasional itu ada untungnya. Udah itu saja. Omong kosong bahasa idealis, nyatanya kemiskinan masih banyak dan ketidakadilan tak jadi konsern mereka. Kalau mereka peduli nasib bangsa, ayo ke pergi ke wilayah konflik. Lihat dan saksikan di mana saja jerit tangis di sana?
Lihat jalan rusak lagi menyedihkan.. masih banyak.

Ketiga, manis di kata bau kentutnya. Ini istilah saja yang saya kutip dari penulis papan gilesan. Lihat geh narasi mereka cerdas-cerdas tapi apa itu ada efek pada hal yang fungsional dan realitas?

Kentut bau tapi punya manfaat. Menyehatkan loh. Tapi hinaan dan cemooh pada ajaran agama dan tokohnya, apa itu harum atau pahit? Silakan pikiran.

Bagi saya, omongan Armando demikan tak usah terlalu panjang diperbincangkan. Nanti kegirangan. Dia udah terkenal, biarin aja. Nanti juga waktunya diam, ya diam. 

Namanya orang kalau lagi punya kursi sering lupa daratan. Buaya darat enak di darat, ikan bisa mati lama di daratan. Haha.
Padahal pas dulu lahir dia kan telanjang, bawa apa coba? Cuma iman yang tertanam dan dipupuk orangtuanya. Lihat kini, hebat dan lantang! Waw!

Ingat mati Pak!

Kayaknya udah deh segini dulu. Jangan kepancing. Tetap damai dan buka wawasan. Gali ilmu. Lawan dengan ide gemilang. Capek marah mulu, lawan dengan senyum kemenangan. Haha. Wallahu a'lam. []

Pandeglang |  5 November 2021


Posting Komentar

0 Komentar