Sore ini aku merasa
tidak baik.
Merasa semua yang
terlihat kok menjengkelkan. Apa yang terasa bikin kepala pening. Aku berusaha
mendeteksi, di mana letak salahnya. Di mana sebab titik pencetus jengkel
tersebut.
Bibit ini memang
terasa beberapa hari ke belakang. Mungkin karena badanku saja kurang fit.
Kurang istirahat. Terlihat dari tensi darahku yang kurang normal. Karena ini
kekasihku ngomel-ngomel, kenpa sih kurang istirahat, karena kamu rajin
bergadang.
Aku pun dimarahinya
dengan kata yang tidak ada mutiaranya. Sampai ia bilang, “sudahlah, nanti
bergadang saja, sekalian gak tidur sampai pagi.” Maksud bergadang ia adalah aku
suka tidur larut, itu memang kebiasaan burukku.
Sore ini aku merasa
tidak baik.
Mungkin tadi siang,
sepulang dari Pasar. Aku berinisiatif membeli makanan yang cukup banyak.
Niatnya, pengen makan bareng. Sepertinya enak. Adikku biasanya begitu, asyik
lihat makan barengan.
Namun sepulang di
rumah, aku tidak mendapat respon yang tidak hangat. Katanya, sudah makan. Aku
pun makan sendiri dengan ubun-ubun yang gedek bukan main. Setelah itu tidur jadi
pelarian dengan wajah yang masam.
Setelah terbangun,
aku merasa lain.
Aku bertanya ke diriku, kamu kenapa? Gara-gara hal sepele bertindak segitunya.
Aku menyesalinya.
Seharusnya aku tidak
se-reaktif itu. Okelah aku kecewa, tapi kekecewaan itu tidak boleh juga jadi alasan
bersikap dingin pada yang lain. Rasa kecewa itu karena aku gagal memaknai
peristiwa yang keluar ekspestasi. Kalau seandainya aku bersikap biasa, syukur menanggapi
dengan humoris maka lain cerita.
Tapi sudahlah ya,
semua sudah terjadi.
Ambil hikmahnya
saja. (**)
Pandeglang. 9 Oktober 2025 16.05
0 Komentar
Menyapa Penulis