ADA YANG BERUBAH

Tak terasa satu pekan lebih kita puasa diam. Sama-sama menyibukkan diri dengan alasan untuk tak berkomunikasi. Tak mampu meredam ego, terus menuruti rasa yang meruntut.

Aku kadang bertanya; kamu kenapa? Apa salahku? Apa hal yang buatmu kecewa? Kalau banyak, jelaskan baik--baik mungkin aku bisa perbaiki. Agar antara kita tak sebeku es di kutub utara. 

Jujur saja, sunyi ini mengajarkan aku banyak hal. Ternyata, diabaikan itu tak seenak makan baso. Makan baso jelas enak, kalau kurang gurih tinggal tambah bumbu, kalau kurang enak tinggal tambah satu mangkuk lagi, kurang pedas tinggal tambah kecap manis.

Lama begini hanya membuat kecurigaan. Menghindar tak akan menyelesaikan masalah. Masalah di antara kita harus dibicarakan. Dicari solusinya. Kalau salahnya di aku, maka aku harus minta maaf. Kalau di kamu, kamu juga harus minta maaf. Kalau salahnya orang ketiga, kita maafkan saja. Karena orang ketiga bukannya setan, ya?

Harus ada kejelasan. Perlu ada usaha bersama. Kalau toh harus ada rasa menjadi akhir, ya sudah. Kita tak bisa menahan rasa yang sudah runtuh. Kalau bisa diperbaiki, mari kita bangun dan renovasi rasa usang itu. 

Tak usah pagi kita isi cemas, karena mencemaskanmu seumpama ketiban lumpur dan lahar kehidupan. (*)

Posting Komentar

0 Komentar