Kakek Yang Terbaring: Prostat?


Sudah lebih satu bulan kakek saya terbaring di kasur. Penyakit yang diderita memaksanya untuk total beraktivitas. Biasanya ia begitu gesit dan lincah menjalani hari. Meski usia sudah senja, sisa tenaga muda masih bertahan di sana.

"Kami duga ini prostat! Ya, prostat."

"Gimana Dok, ini karena apa?"

"Biasa, faktor usia. Urang geh mung kolot mah kitu." Begitu kata dokter saat menerangkan.

Ikhtiar tak berhenti terus dilakukan. Habis obat dirasa tidak cocok, pergi ke dokter lain lagi. Dan rata-rata dokter mendiagnosa, kakek saya kena (kanker) prostat!

Tadi malam ikhtiar ke sekian yang kemudian harus di infus. Menunggu beberapa jam di parkiran Puskesmas Cadasari. Alhamdulillah tidak dirawat, walau perawat di sana menyarankan. Bukan apa-apa, fulus-nya ini yang jadi masalah. Hehe.

Dari sumber situs Info dokter menjelaskan bahws prostat itu sebuah penyakit yang menyerang (rata-rata) pada lelaki, tempatnya di dekat kantung kemih. Berefek pada kencing nyeri, punggung, dan tak jarang keluar perih saat kencing-- mengeluarkan darah. Singkatnya, penyakit menyerang fungsi pembuangan. 

Katanya sih penyakit ini bisa sembuh. Upaya dilakukan banyak, upaya terakhir harus di operasi. Butuh kesabaran dan dana yang cukup pastinya.

Saya sering memperhatikan kakek bagimana tiap malam tersiksa, sering kencing dan tidur tidak nyaman. Ditambah pola makan yang tidak stabil. Ada satu hal yang kami takutkan, kalau ini simbol pergi. Kamu takut dan belum siap. 

Ketakutan ini rasanya wajar. Terlihat dari usia senja dan kepayahan. Akan tetapi dari kasus sakit kakek ini saya mendapat pencerahan.

Pertama, saya tahu mana saja keluarga dan orang yang peduli dengan kakek. Saat sehat dan bugar tak aneh peduli karena memang punya keinginan. Tapi saat kritis ini menentukan. Sebabnya, ada gejolak emosional terasa. Saya tahu siapa saja dan coba merenung pelajaran apa yang saya ambil.

Kedua, sakit itu proses menguji diri. Tak sedikit orang terlihat tabiatnya saat sakit. Karena saat itu ia tengah melawan rasa nyeri, maka melakukan apa saja yang dikiranya pantas. Padahal bagi yang sehat itu tak patut.

Tadinya pendiam, saat sakit jadi cerewet. Ada yang sabar, saat sakit kok tak sabaran. Ada yang bertingkah tak kita pahami. Sudut pandang kita belum sampai, karena kita masih sehat. Tak jarang yang sehat terpancing emosinya. Itulah kenapa saya sebut proses menguji diri.

Akan kenyataan ini, saya percaya kakek akan sembuh. Insya Allah. Pasca di infus ada perubahan signifikan. Semoga saja tidak dan jangan di operasi. Jujur takut. Tak tega melihatnya. Mohon doanya ya. Syafakallah kek! Wallahu a'lam. [ ]

Pandeglang | 4 Desember 2021



Posting Komentar

0 Komentar