Tercantol di (Surat) Maryam

Ilustrasi kumpulan wanita tengah mendengarkan kajian.

Di benakmu pasti terbayang satu kata: kenapa. Iya kenapa harus pada surat maryam di banyak surat lain yang begitu mempesona. Jawabnya sederhana, nyaman dan suka saja. Selebihnya belum tahu.

Setelah intens mendengarkan lantunan bacaan Ustadz Hanan Attaqi hati saya condong dan mulai tersentuh.

Benar sekali, saat mendengarkan surat Maryam dibenak saya terbang pada sosok dari Ibunda nabi Isa alayhi salam dan ponakan nabi Zakaria alayhi salam.

Betapa berat, wanita lembut juga ahli ibadah yang sehari-hari tinggal di salah satu ruang Baitul Maqdis, tiba-tiba di datangi malaikat Jibril mengabarkan bahwa ia akan hamil.

Tentu ibunda nabi Isa kaget dan terpana, bagimana mungkin bisa hamil sedangkan dia tak pernah disentuh oleh seorang lelaki manapun.

Tapi Allah berkehendak, tak ada yang tak mungkin: kun, maka jadilah. Malaikat Jibril sampaikan ini tugas langsung dari Allah. Saat itulah iman Maryam menjawab, percaya dan patuh.

Bukan tugas mudah menjalani hari untuk seorang gadis mengandung, sampai kemudian melahirkan dan benar saja cacian dan cempooh datang dari khalayak.

Sosok suci itu disebut pezina, wanita nakal dan lainnya. Allah tidak menyia-nyiakannya. Saat itulah mukjijat muncul, bayi yang merah itu berbicara. 

Dengan lafas fasih lagi sharih menjelaskan siapa sebenarnya dirinya dan tugas besar apa yang Allah diembankan padanya. Banyak khayalak dibuat melongo, bayi semerah itu bisa bicara. Bagi yang punya ghirah mulai percaya akan ujaran bayi kecil itu.

Sayyidati Maryam berjalan lurus di jalan Allah dengan tidak menggubris sebagian cacian mereka. Sampai nabi Isa besar dan diperintah untuk menyampaikan risalah yang Allah berikan pada-Nya.

Dalam konteks sekarang sulit pasti mencari sosok demikian. Lurus di jalan-Nya dan tidak neko-neko.

Ngomong Maryam, apa nama itu juga yang siap menyapa hati lemah ini? 

Hmm, semoga saja. (*)

Pandeglang, 3/12/21

Posting Komentar

0 Komentar