Selaksa Potret di Weeding Kemarin

Gambar weeding kemarin. Sum: nyuri di WA saudara
-

'Kepada seluruh hadirin,' ujar MC di bawah panggung utama, "agar tidak mengucapkan "kata selamat" ..." begitu potongannya.

Cukup geli mendengarnya. Apa salahnya mengucapkan selamat, bukankah itu bagian daripada doa. MC malah menyarankan untuk membaca doa barakallah yang sudah mutawatir lagi masyhur.

Padahal arti doa sama, singkatnya selamat agar pernikahannya punya nilai lagi diridhai. Cuma redaksinya saja berbeda. Tentu saja ini paradoks. Mau mengucap doa kok harus pilih-pilih, selama baik dan tak bertentangan: kenapa harus dibatasi? Toh, kalau mau dibilang agar Islami, wong banya yang kurang Islami, yakin lah ini sebuah minus untuk MC.

Tapi mulut saya tetap mengatup di dekat parasmanan. Hanya jadi penonton dan terus memperhatikan apa yang terlihat. Toh, saya bukan siapa-siapa hanya kerikil dalam keramaian di Gedung MUI tersebut.

Akan tetapi, saya berhasil memotret wajah yang tertangkap lensa mata. Mana yang kiranya ceria; wajah biasa saja; menahan sesal; menahan bisa; terperangah; cari sensasi; cari kesempatan; muka banyak pikiran; pengen ketemu segera menyusul; dan banyak lagi.

Datang ke gedung ini de Javu mengisi lomba nasyid tingkat Provinsi di tahun 2011, yang hanya diikuti 8 peserta. Sekolah kami salah satunya. Sayangnya, kami jadi gojlogan panitia yang belum peka dengan dinamika nasyid di tengah remaja. 

Saat melihat orang yang sibuk mengambil momen cantik dengan gadget juga main tiktok di banyak tempat acara saya amat prihatin. Apakah sebegitunya sebuah momen ditangkap sampai lupa pada rasa malu dan pasangan mata terganggu. 

Tentu saja itu hak, akan tetapi bukankah selain sebuah gambar ada yang lebih penting yakni sebuah nilai kehidupan. Bukan sekedar cepret tanpa tahu fungsinya untuk apa saja.

Di antara tempat yang buat saya nyaman itulah musolah mungil di pinggir gedung. Kecil, sederhana, dan cukup terawat. Saat waktu shalat, ada beberapa orang yang menyempatkan shalat. 

Mereka mengijabah panggilan adzan dengan baik. Bahkan, ayah-ibu pengantin pria rajin hadir saat waktu sudah tiba. Saya suka, sebuah potret hamba yang taat pada Sang Pencipta. Tak peduli keadaan dan kesibukkan, demi perintah Allah. Saya lihat, mungkin sekitar 5% yang menjalankan shalat di acara tersebut. 

Miris pastinya di acara akbar, dan ini sudah biasa. Seolah tidak shalat biasa karena momen tanpa ada rukhsah apa-apa. Seperti yang saya katakan di atas bahwa ucapan MC untuk membatasi ucapan selamat itu ganjil karena faktanya, seperti yang terlihat.

Sekelompok penari yang meramaikan acara pun menggemparkan. Betapa heboh, lucu, dan menggemaskan. Siapa nyana, di balik hal sederhana itu mereka berlatih cukup lama. Kita yang menonton hanya melihatnya. 

Di meja pramusaji saya curi-curi pandang kehebohan mereka, meski netra saya bukan pada mereka tapi pada ratusan mata yang ceria menyaksikan. Respons penonton itu menarik, betapa selama ini hiburan adalah hal utama dalam acara apapun. Rasanya, tanpa itu mungkin sunyi.

Saya pun menangkap wajah acuh tak acuh. Tak menggubris adanya saya dan siapa manusia di dekat mereka. Seolah mereka tak melihat manusia, hidupnya bahagia tanpa ada seseorang. 

Terlepas dari itu, acara itu kumpulan keceriaan yang lama ditabung. Kemarin meledak. Spesial dan sakral. Alhamdulillah berjalan lancar.

Dalam jauh panggung utama ingin saya bilang: selamat menempuh bahtera baru. Sia-sia saja, mulut tetap terkatup. Bungkam oleh jarak. Hanya bergumam di dasar jiwa.

Jangan lupa kelancaran acara tersebut tak lepas dari para penggerak yang terus bekerja, yang terlihat dan tak terlihat. Nampaknya mereka tulus. Tak peduli rasa capek dan penat, terus memberi demi warna acara yang harmoni lagi lancar.

Pengisi suara yakni grup musik amat hangat dengan lagu-lagu hits. Ritme yang teratur dan rasa yang tidak menggangu gendang telinga. Mengalir dan cukup syahdu. Menambah nilai mewahnya acara tersebut.

Ini perdana saya hadir di walimah begitu. Sempat ketemu istri dai kondang Pandeglang jua, yakni KH. Jamaluddin. Hadir beserta rombongan. Kesan saya: mewah dan ramah. Itu saja.

Sebagai penutup: selamat buat dua mempelai semoga samawa dan semangat melangkah bersama dalam keserasiaan serta keterbukaan dalam hal apapun. Kelak, ada hal indah di dapat. Wallahu alam. (*)

Pasar Pandeglang |  19/12/21

Posting Komentar

0 Komentar