Video Porno: Sikap Kita, Maraknya Viral dan Minat Tinggi di Lapangan

Ilustrasi potongan berita di internet

Video blue sampai saat ini menjadi tajuk menarik atau memang selalu menarik di ekspos. Apalagi kalau pelakunya ialah tokoh dan pigur di masyakarakat. 

Kita tidak kehilangan dan kekurangan minat di lapangan terhadap penyuka video mesum. Meskipun pemerintah ekstra keras memberantas penyebaran video porno baik melalui jeratan hukum dan memblokir situs-situs besar di internet. Kurva melonjak per menit.

Akan tetapi begitu mudahnya, orang omes (baca: otak mesum) menyebarkan dan terjaga mengintai peluangan dari bisnis perusak moral ini.

Ini miris sekaligus menyedihkan. Seharusnya kita bantu dan dorong upaya pemerintah menindak mafia seksual yang telah merusak moral bangsa, tapi lucunya sementara kita yang doyan-- atas nama hak pribadi-- menjadi agen gratis para omes.

Saya masih ingat, di tahun 2017 itu mudah sekali mengakses video atau gambar porno. Cukup mengetik di pencarian google atau YouTube dengan mudah mengantarkan kita pada pilihan konten telanjang yang kita harapkan.

Sampai saya sering menulis di facebook terkait kenyataan itu, karena saya khawatir dengan penyebaran dan itu mudah di akses mereka anak-anak. Pada orang dewasa saja efeknya demikian gila, bagaimana pada mereka yang masih bocah?

Tak ayal, angka hamil mudah meski belum halal, pudarnya keperawanan, esek-esek pra-nikah, gaya pacaran amoral lagi bebas, dan kenyataan pergaulan yang amat menusuk moral.

Lagi-lagi, ini perlu penindakan. Negara sudah bergerak dan sepantasnya kita bantu. Perlu penyadaran juga langkah serentak. 

Bisa dengan mengontrol film, iklan, lagu, dan konten-konten yang tak berbobot. Kita ingin moral tetap terjaga. Kebebasan bukan absurd moral, akan tetapi kebaikan dan harus disikapi cerdas.

Jangan kita jadi Amerika kedua yang di tahun 50-an ke bawah amat tegas dengan perkara moral, pasca 50-an ke sini memperbolehkan apa saja. Sampai LGBT jadi hal tabu, sekarang jadi halal dilakukan. Menikah sesama jenis pun jadi barang biasa.

Akan di bawa ke mana negara kita kalau itu terjadi? Sedang dasar negara yang tegas menjunjung tinggi ketaatan pada Tuhan Yang Maha Esa. Apakah itu kita pahami secara simbolis?

Peta penyebaran porno sendiri sisetmatis dan terencana. Sebagimana yang dilaporkan Kemeninfo, bahwa setiap menghapus 100 konten porno maka di waktu bersamaan akan muncul 1000 situs serupa.

Fakta ini ditambah dengan banyak orangtua yang ceroboh menyerahkan gadget pada anak tanpa bimbingan sehingga banyak mengakses video demikian atau membuka  koleksi video blue di hape, yang pernah tertangkap medsos juga viral. Padahal anak itu masih bau jagung.

Kemajuan iptek tanpa kontrol bisa berbahaya. Apalagi tanpa imtaq, tentu lebih mengerikan. Data dari intansi terkait banyak menyebutkan betapa transfer adat frer sex terus berlangsung. Dari Barat ke Timur dan kini ada di sekitar kita.

Kita bisa apa? Akankah terus diam?

Saya tidak merasa paling moralis, selaku pribadi sering lalai pula. Akan tetapi, kenyataan ini harus dibendung. Bukan lagi mencari siapa yang salah, akan tetapi bergerak bersama mereformasi kenyataan pedih ini.

Tidak kita malu dengan berita yang tersebar seolah itu menyedot kesadaran kita. Baru ini, ada wanita di bandara Yogyakarta pamer payudara di lingkungan sana, prostusi online terkuak, praktik konten mesum di Bali dibongkar polisi, dan tak sedikit aksi mesum pelajar yang viral. Entah apa lagi.

Ini seperti guncangan juga ledakan besar di tengah angka spiritualitas tinggi di dunia. Hujan yang menyirami moral juga iman di dada kita.

Semoga kita bisa meyadari dan bisa melakukan upaya preventif semampu kita. Di mulai dari diri sendiri. Semoga mereka yang omes tersadar akan efek besar video porno itu hanya imajinasi. Kepuasan di sama pun hanya ilusi. Tanpa iman dan syukur kita tersesat, moga kembali pada-Nya itu pilihan terbaiknya. (*)

Pandeglang |  5 Desember 2021

Posting Komentar

0 Komentar