Tidak Menulis

Tidak menulis
Dokumentasi pribadi

Tadi malam saya tidak menulis. Menulis apa yang ingin saya tulis. Biasanya saya menulis malam itu, kadang dua atau tiga. Tadi malam saya kecapean, lelah, dan tidur sepulang tugas rutin sebelum isya.

Dibangunkan untuk shalat isya jam 23.00 WIB. Badan masih tidak enak, mata masih merem dan perut minta jatah. Semua saya turuti. Lantas shalat dan wirid secukupnya. Mungkin efek obat atau efek badan lagi manja, saya tidur lagi.

Tadi malam saya tidur tidak menulis. Sedih sih, kenapa sampai tidak menulis juga tidak membaca. Tidak membaca tidak menulis membuat saya merasa hidup. Hidup memang butuh baca dan tulis seperti makan dan minum. Tanpa keduanya kita akan mati. Tiada di dunia ini.

Mungkin saya beralasan, karena tidak enak badan? 

Apa menulis itu harus karena badan enak saja.  Bukankah sementara kita banyak yang badannya sehat, enak dalam arti fisik, kok belum juga menulis. Di luar sana, ada loh badannya "tidak enak dalam artian sungguhan" luar biasanya produktif menulis. Menulis bagian daripada proses kreatif nya.

Seharusnya tadi malam saya menulis. Ya sudahlah sudah terjadi. Tidak usah disesali, toh semuanya sudah menjadi cerita. Bubur telah terjual maka mana bisa jadi nasi. Kasihan yang beli, sudah mau sarapan harus diambil lagi. Biarkan saja jadi bubur. Itu takdirnya.

Begitulah, tadi malam saya tidak menulis dan tidak baca. Saya tidur dengan resah, tanya dan mimpi. Semua menyatu dalam pejamaan mata. Mata saya pun terpejam tapi hati saya tidak mampu berdzikir. Sungguh, pagi ini saya menyesal. Maafin saya ya pagi, semoga cerah tetap kau naungi.  (*)

Pandeglang, 9 Mei 2023   09.12  

Posting Komentar

0 Komentar