Setelah UAS, Akankah UAH selanjutnya ke Pandeglang?

Potret UAS Tabligh Akbar di alun-alun Pandeglang ( sum. Berita internet)

Satu minggu lalu pemerintah Pandeglang mengundang UAS di acara tasyakuran harlah Pandeglang ke-149. Ini kali kedua dai kondang itu mengunjungi kota santri, sebelumnya di tahun 2019 di acara yang sama mengisi Tablig Akbar pula. Di tempat yangs sama, orang yangs sama, wajah sama, jamaah yang beda dan semangat yang beda pastinya.

Siapa yang tak tertarik mengundang tokoh yang pernah di ganjar Republika sebagai tokoh pembawa perubahan di negeri tecinta ini. Rasanya, selain untung juga sebuah kebanggaan. Dengan menghadirkan UAS bukannya mampu mendongkrak citra baik bupati berikut elemen pemerintah daerah Pandeglang sebagai kota yang nyantri lagi Islami. Tidak hanya UAS sih, sudah ada Habib Syech, Opik, dulu sekali allahu yarham KH. Zainuddin MZ.

Meski pun kalau perlu dipertanyakan, kenapa UAS lagi, bukankah sebagai warga Pandeglang kita menunggu kapan menghadirkan Ustaz Adi Hidayat? Salah satu putera Pandeglang yang bersinar di jajaran dinamika dakwah Nasional. Rumahnya kelahirannya pun tidak jauh dari alun-alun Pandeglang.


UAS dan UAH cukup banyak menjadi perhatian dan juga rujukan tidak sedikit kalangan, maka agak mengherankan kalau putera terbaiknya di tempat lahirnya masih belum diberikan panggung khusus. Justeru sejawatnya dari seberang nun sana sudah dua kali.

Apa ini mungkin karena UAH yang jarang menggemborkan nilai-nilai Sunni? Barangkali juga karena bagian dari ormas Islam yang amaliyah-nya kurang membumi di kota santri yang digeser ke kota wisata ini? Atau asumsi lain yang terlihat di dinamika dakwah bangsa.

Keheranan ini yang mungkin dipikirkan tak hanya saya mungkin yang lainnya, hanya saja tak ingin bersuara. Bukan apa-apa, ini seperti kasus ilmuwan di negeri tercinta yang tak sedikit di boyong negeri lain karena di rumahnya kurang diperhatikan.

Masih ingat Khoirul Anwar penemu FFT jadi cikal jaringan 4G yang sekarang tinggal di Jepang itu? Atau dokter penemu pendeteksi jantung? Tentu ini konteksnya adalah, kalau putera daerah masih ada kenapa tidak diberi ruang yang sama.

Konteks 'cinta produk dalam negeri' bukan hanya jargon dalam jualan tetapi seharusnya meluas ke berbagai sektor. Kalau belum mampu di tahap sana, ya setidaknya kita menghargai dalam kesempatan lain walau kecil ada perhatiannya.

Terlpas dari itu, saya mengapreasiasi langkah Bupati Irna Narulita yang sudah beberapa kali menggelar konser Islami juga Tabligh Akbar untuk mengetuk kesadaran warga, bahwa sebutan Kota Santri bukan sekedar sebutan saja tapi harus ada konsekuensi.

Konsekwensinya harus kita pikul bersama. Baik secara sikap yang harus lebih santun dan jujur, terhadap kata-kata juga lebih baik, dan terhadap amanah harus sungguh-sungguh ditunaikan.

Musuh bersama yang cukup abadi KKN, tidak boleh diberi ruang apalagi praktek money politic yang kerap kali merajalela di Kota Santri ini. Seharusnya kita  harus sama-sama malu, malu kalau praktek sogok dan sejenisnya tidak punya ruang spesial dalam ajaran Islam.

Tablig Akbar kita gemakan dan akhlak luhur Islam yang wajib kita amalkan. Begitu sedikit ceramah UAS di alun-alun Pandeglang saya tangkap, belum tahu isi pesan UAH untuk kota tercintanya, nanti? Iya kah? (**)

Pandeglang,   10 Mei 2023    17.44 

Posting Komentar

0 Komentar