Aku dan Hujan Sore

Potret gelapnya efek cuaca

Ada yang mengeluh dengan datangnya hujan di sore ini? Mungkin ada ya, bisa jadi karena terganggu aktivitasnya atau merasa tidak baik jiwanya. Saat hujan justeru aku tengah tidur dengan memeluk rasa yang nyut-nyut di kepala.

Kalau sakit gini kadang agak greget. Pastinya harus menunda aktivitas menulis, membaca dan berpikir ku. Tiga hal itu yang kerap kali jadi teman setia. Belum aku menjadwalkan khataman banyak terjamah atau tafsir Ibnu Katsir yang tebal itu, aduh, aku belum siap diam!

Saat hujan itu, aku berpikir rasaku. Aku masih mencari arti rasa rindu ku apa terlalu besar? Di saat tertentu aku merasa bodoh sendiri, aku yang terbakar oleh perasaan. Buatku seperti di tawan satu ruangan, pengap dan penuh kegundahan. Pilihanku dua : mati atau melawan. Aku pun memilih melawan kenyataan yang dihadapi.

Hujan sore ini seolah membasuh jiwaku, betapa banyak yang belum aku selesaikan. Betapa target hidupku belum semua aku kejar, tahu-tahu aku tenggelam di samudera rasa yang harus buatku terus tersenyum.

Lelaki adalah petualang, tetapi ia harus pulang saatnya nanti. Itu yang tertulis di Balada Si Roy. Sedangkan aku sudah berpetualang ke mana? Jiwaku memang sudah, tapi fisik ku?

Aku harus ke mana setelah fase ini?

Pada akhirnya aku berharap dan meminta pada-Nya. Bersandar pada-Nya. Segala rindu yang ada biarlah berjalana pada rel yang diharapkannya. Di persimpangan hari ini, langit makin hitam dan gelap. Semoga semua baik-baik saja. (**)

Pandeglang,  16 Juni 2023    17.54

Posting Komentar

0 Komentar