Ini tentang perasaan ku, yang aku izin mencurahkan di sini, di blog yang kamu punya. Semoga setelah ini, aku bisa terbebas dari belenggu rasa yang membelit ini.
Aku wanita biasa yang ingin bahagia, Alhamdulillah Allah cukupkan aku dengan suami, anak dan harta yang insyaallah tidak akan buatku kelaparan. Aku bersyukur, ini mimpiku sejak dulu, memiliki suami yang mapan dengan itu aku mampu membantu ekonomi Orangtua juga meringankan beban saudara yang tengah tergagap soal ekonomi. Gak ada soal dengan ini.
Tiba-tiba...
Sosok romantis juga perhatian itu hadir. Ia menyapa, bercengkrama lantas menaklukkan rasaku. Aduh sayang, aku mabuk kepayang oleh kerinduan. Kamu tahu siapa dia? Masa lalu yang dulu pernah menjalin rasa denganku, kini hadir di saat aku butuh ..., cukup aku yang tahu.
Aku wanita biasa, aku punya rasa, bisa takluk oleh rayuan. Gombal memang, sebagai wanita aku senang sebab dimanja, Itu yang belum suamiku berikan. Aku tahu ini dosa, aku tahu ini ujian, tapi aku butuh laki-laki yang mau memahami ku apa adanya. Memeluk dengan cinta. Bukan sekedar tidur bersama tanpa ada jiwaku ikut serta di sana.
Tolong, jangan caci aku. Aku ingin lepas dari belenggu ini. Enam bulan bukan waktu sebentar untuk aku cepat melupakan, apalagi melepas rasa yang terus bergelombang. Jadikan hatiku penuh noda juga khayalan abu-abu. Apalagi aku dan dia, pernah mengecup manisnya madu pernikahan. Ya, kami berpengalaman. Tebak aja, imajinasi liar kami seperti apa.
Lagi, aku ingin kembali. Kembali pada fitrah. Kembali pada pelukan suami yang meski dingin, ia sudah memberi kado terbaik. Mencintai dengan diam, diam-diam memeluk dan sesekali membisikkan sesuatu, saat aku tertidur. Hanya hembusan aku rasakan, tapi entah apa.
Aku pun punya anak-anak yang membuat aku ceria dan seutuhnya menjadi wanita. Aku tidak siapa kehilangan mereka, bagaimanapun caranya. Sembilan bulan mengandung mereka adalah anugerah, tanda aku wanita normal. Berapa banyak di luar sana orang ingin punya buah hati, harus menggigit jari karena takdir tak ijinkan itu.
Penulis yang semoga baik,
Bantu aku untuk kembali. Kembali pada kodrat kewanitaan yang setulus Ibunda Khadijah, semanja Ibunda Aisyah, setegar Ummu Kulsum atau sekuat Ummu Habibah. Seberani Zainab saudarinya Hasan-Husien.
"Terus, bagaimana cara termudah lepas dari genggaman laki-laki yang mempesona Itu," kataku padamu.
"Hapus nomornya. Hapus foto-foto nya. Bersikap biasa atas semua tentangnya. Karena tanpa itu, rasanya semua 'ingin' move On hanya kepalsuan. Sebab tanpa aksi!"
Tidak semudah itu, tidak segampang itu. Perlu usaha keras, sekeras dulu dia menyapa. Kadang aku berpikir, kenapa cinta Setega ini? Kenapa rindu setajam ini? (**)
0 Komentar
Menyapa Penulis