Ketika Membaca Al-Quran tidak Hanya membaca Saja

Mata yang sudah layu mendengarkan. (Sumber Pribadil)

Ketika malam makin larut, perut sudah berontak minta jatah, tak juga aku berikan. Terlebh rasaku terkuras karena baper oleh cerita tragis tentang "cinta lama bersemi kembali". Tiba-tiba, datang si Abah mencari teman ngobrol.

Abah yang memang teman dekat allahu yarham kakekku yang sudah dipanggil di sisi-Nya. Abah bercerita masa lalunya yang "agak nakal" dan kini menyesalinya. Abah cerita tentang barakah membaca al-Qur'an. Bacalah dengan seksama ujarannya.

"Ibadah mumpung masih muda. Perbanyak itu. Perbanyak membaca Al-Quran. Setahu Abah orang yang rajin tilawah hidupnya bahagia. Nasibnya bagus," katanya dengan semangat.

Lagi ia mencontohkan seorang tokoh masyarakat, itulah almarhum Abah haji Adra'i, selama ramadan bisa mengkhatamkan Al-Quran lebih dari 7 kali. Wajar, karena sekali duduk saja bisa dapat tilawah 1 juz. Sederhananya, bacaan itu bisa berpengaruh ke akhlak mulia. 

Diceritakan ada warganya yang jarang sekali shalat berjamaah ke Masjid. Ia ingin mengadakan tasyakuran. Diundang semua warga. Tetapi tersiar opini hangat bahwa jangan hadir, gak usah datang ke sana. Karena yang punya tasyakur itu jarang shalat berjamaah. Secara sederhana, jarang bermasyarakat. Sudah boikot aja!

Namun, Abah Adra'i sebaliknya. Ia tidak mempersoalkan warga yang jarang berjamaah itu. Justeru ia mengajak segenap warga agar hadir sebagai bentuk menunjukkan akhlak Al-Quran seperti apa. Urusan itu tidak mau berjamaah bukannya itu soal lain. Akhirnya siapa nyana, warga itupun rajin ke masjid yang dulu mudah ditinggalkannya.

Apakah cukup dengan membaca saja kita dapat barakah pemahaman Al-Quran itu?

Bagiku ya, gak cukup. Pemahaman yang begitu juga ada tahapannya. Kita harus mampu membaca Al-Quran sesuai hukum dan aturannya. Harus punya guru pembimbing. Setelah itu, harus mampu membaca terjamah jua artinya. 

Tidak cukup di situ harusnya ada proses pemantapan dengan menggali lewat tafsir. Nanti ketahuan mana makna ayat sesungguhnya. Sebab segala sesuatu kalau hanya "membaca" tanpa mendengungkan pikiran lesu.

Tidak sedikit orang yang masuk Islam justeru karena membaca terjamah. Heran di kita mah, Al-Quran sudah final katanya, ditanya artinya kebingungan. Sudah ya, wallahu'alam. (©©)

Pandeglang. 12 Juli 23.   22.49

Posting Komentar

0 Komentar