![]() |
Potret kehidupan (sumber dari grup keluarga) |
Jujur tersulit adalah jujur kepada diri sendiri. Kita mudah sekali menuduh orang lain untuk tidak jujur, tetapi terhadap diri sendiri sulitnya minta ampun. Padahal jujur itu soal cerminan hati kita. Sekali ternoda maka buram sudah kualitas diri kita.
Saya teringat dengan cerita teman yang membocorkan pengalamannya berpacaran. Dia orangnya terbuka dan pada akhirnya pacaran itu pun mengarah pada hal buka-bukaan.
"Ya gitu, jadi aku dibawa ke kamar. Berdua kita kamar. Tanpa aku kira, dia ngagoler gitu bugil. Aku gak minta, ya dia memberi kesempatan. Coba, siapa lelaki yang tahan?"
"Terus, gimana?"
"Tapi, aku ingat nasihat tetangga, 'ulah sampe kabita, cenah. Lamun sampe terjadi maneh zina maka hirupna pinih ku pakewuh jeng masalah. Usahana sok macet' kitu da ceritana. Ya, Alhamdulillah aku tolak," ujarnya dengan senyum kebanggaan.
Aku masih kepo dong, aku pertegas lagi, "Serius begitu?"
"Iya begitu. Pas kemarin dia mau nikah dia kontek aku, katanya bisa gak ketemu. Kamu tahu apa yang dia katakan?"
"Apa?"
"Dia ngajak aku ML. Dia ingin menyerahkan keperawanannya padaku. Sama suaminya sekarang tuh dijodohkan. Dia terlanjur sayang dan percaya ke aku, makanya pengen totalitas."
"Terus?"
"Apaan luh, terus-terusaan. Loh kira ini sinetron ada episode lanjutannya. Hahha. Intinya, ga jadi dan aku tolak. Harus mikir ke masa depan, anak cucu nanti."
Jujur saja, aku dibuat takjub. Pertama, dia berani menolak di depan mata loh, aku takjub. Dia juga bukan yang religius juga, ya lain cerita misalnya kalau santri, wajar. Gak tahu kalau aku diposisi dia, bisa-bisa skandal pasti.
Hikh, ngeri ngomongin syahwat mah. Seru-seru penuh resiko. Dia macam Yusuf modern aja yang tegas menjaga prinsip, lah kudu banyak belajar aku pada dia!
Kedua, dia jujur kepada dirinya dan kepadaku. Aku kan orang lain, ya luar biasa sih. Aku sendiri misalnya gampang gitu menyuruh orang untuk jujur karena kata Nabi jujur menentramkan hati, tetapi terhadap diri sih, masih perlu di perbaiki.
Dari kejadian tersebut aku melihat diriku. Merenungkan terkait kejujuran ini, apa selama ini jujur sudah menjadi kebiasaan ku? Kalau kita harus jujur, di masa serba tekhnologi sekarang kejujuran adalah hal yang mahal. Sialnya, fenomena yang ada, sudah iya tidak jujur terus masih bangga dengan sikapnya.
Soal kejujuran sebenarnya soal diri kita. Kalau kita ingin jujur maka seharusnya rajin melakukan introspeksi diri. Untuk itu, kita gak bisa siapapun menglaim orang jujur selama belum terbukti sudah jujur ke diri kita. Sedikitnya ya, dia harus diakui orang jujur. Meski pun ini masih fiktif. Hem, sudahkah hari ini jujur? (**)
Pandeglang, 10 Juli 2023. 17.51
0 Komentar
Menyapa Penulis