Curahan Sebelum Tidur Tentang Kamu

Potret: Aku ingin cerita tentangmu sebelum tidur. (Dokumentasi Pribadi)

Kamu itu satu kata yang membekas di hatiku. Tak jua kupahami kenapa harus kamu? Ya, kamu yang kutemui tulisannya di bagian grup. Entah kenapa, ada getaran halus di jiwa yang buatku terpesona.

Aku hanya wanita akhir zaman yang memimpikan sosok sempurna yang buatku sekuat Sayyidatina Fatimah az-zahra nantinya. Tetapi aku sadar, siapa aku? Siapa kamu? Seperti gap di antara kita. Mungkin saja aku bukan wanita pertama yang menyapamu---nyatanya benar seperti katamu--ada hati lain yang lebih duluan hadir di hatimu?

Aku seperti apa dan bagaimana?

Mencintaimu membuatku takut, aku takut bersaing dengan wanita lain yang mungkin lebih baik dariku, lebih cantik dariku. Aku siapa, hanya Anak Bapak yang berharap setitik rindu hadir di hatiku tanpa lelah berjuang, aku ingin kamu tanpa harus menyingkirkan mereka.

Apa itu bisa? 

Aku percaya ke Allah. Allah punya kehendak, biar aku saja yang tahu seperti apa ikhtiarku. Dan itu terbukti, kamu berkenan menyapaku dan terjalin apa yang entah kenapa jiwaku seperti terbang...

kerinduan ini kenapa begitu dalam?
Rasa ini, kenapa seperti karat tajam belati menusuk separuh jiwaku hingga aku sesak oleh kegelisahan sejam saja tanpa kabarmu?

Mungkin ini, yang tak jua aku akui dan aku ungkapkan. Aku lebih suka mendendam rindu ini serta menyimpannya daripada mengungkapkan perasaan ini, walau aku sering didera rasa bersalah saat terus menyimpannya. Kamu ingin aku jujur, ya aku berusah sebaik mungkin membuat kamu tahu seperti apa hatiku agar kamu betah berdiam di sini!

Aku belum seperti kamu yang seterbuka itu soal hati. Aku masih malu juga takut, takut rasa ini tidak berakhir seperti yang aku inginkan. Meski kamu berkali-kali meyakinkanku bahwa kita tak bisa men-desain takdir, kita mungkin berharap tapi boleh memastikan apa yang kita inginkan terjadi.

Tahu gak sih, omongan itu membuatku agak cemas. Aku ingin kamu dan bersamamu, jangan putuskan harapku. Aku tak ingin berbicara seperti itu walau aku berpikir, 

"Benar juga sih, kamu bukan ingin mematahkan harapku, justeru menyadarkan aku bahwa di atas sesuatu ada Allah yang Maha tahu kebutuhan hamba-Nya. Secara tidak langsung kamu mengajarkanku tentang definsi Tauhid. Ah, jadi malu ke kamu!"

Karena malam semakin pekat, kiranya segini aja ya aku curahkan. Terima kasih selalu mencoba memahamiku walau mungkin sikapku buatmu jengkel. Terima kasih atas semua yang kamu berikan, untukku agar lebih kuat juga berani menghadapi ujian hidup. Kepada Allah kita kembali dan berharap. (***)

Pandeglang, 22 Juli 2023    22.58

Posting Komentar

0 Komentar