Diledek Emak

Ilustrasi ejekan. (Sumber Pixabay. Com)

"Siapa yang sms," kata Emak tadi pagi saat aku parkir, mengantarkannya belanja.

"Ada Mak," kataku menggantung ucapan.

"Siapa," desaknya.

Aku diam, ya diam. Rasanya tidak harus diberi tahu kalau anaknya bukan anak ingusan lagi, bukan pula laki-laki yang nyaman tanpa status, dan aku pikir tidak harus cerita pula kalau tadi malam "ribut besar" dengan dia yang hari ini ingin diselesaikan.

"Ari eta teteleponan jeng saha," kata Emak tadi benar, "doang nu gelo," menertawakan sikap anaknya yang tiada biasanya teleponan pun macam haus kerinduan begitu.

Lagi, aku diam. Emak terus mendesak dan menyindir. Hingga pad akhirnya aku jawab, "Ya, sama wanita atuh Mak."

"Siapa," balasanya.

"Ibu guru," jawabku singkat.

Setelah itu, Emak gak meledek lagi. Maklum sekaligus berpikir agak keras. Aku tersenyum penuh kemenangan. Ya, mau gimana, cinta penuh resiko. Itu saja. (***)

Pandeglang,  23 Agustus 2023   17.41

Posting Komentar

0 Komentar