Menulis Sarana Memuji Allah

Buku baru dari Kang Encep dan isterinya. (Sumber Pribadi)

Itu sebaris kalimat dari Kang Encep di bukunya. Buku yang inspiratif, dikhususkan untuk Hamka-putera beliau- kelak agar menjadi renungan sekaligus pembelajaran. Pada akhirnya untuk semua yang membaca karyanya.

Semenjak aktif di Rumah Dunia banyak penulis dari Banten yang aku tahu. Dari mulai Mas Gong, Mas Toto, Kang Encep, Kang Rudi, Kang Salam dan lainnya. Hampir semua terus produktif bekarya. Mas Gong misalnya sudah menulis 125 buku dan hal yang baru aku tahu beliau 'anak asuh' Pak Arswendo Atmowiloto penulis novel Senopati Pamungkas itu.

Dari sini, aku tersadarkan, betapa selama ini banyak hal yang belum aku tahu tentang kota jawara ini. Baik budaya, corak pemikiran, kekayaan alam dan lain sebagainnya.

Ini kekayaan di bumi Banten yang harus gali, tahu, pahami, dan kabarkan pada mereka. Kalau bicara Banten, tidak melulu soal wisata dan Baduy saja. Banten juga punya erat kaitannya dengan gerakan perlawanan untuk kemerdekaan, untuk peradaban dan keilmuan.

Saat Kang Encep bertutur "Menulis adalah Sarana Menuju Allah", seperti ingin memberitahu, Banten punya penulis hebat yang dari mereka terus membumikan kesadaran literasi di Bumi Jawara ini.

Jawara tidak boleh disempitkan hanya pada "kegagahan bertarung fisik", tetapi perlu juga kita olah akal dan olah gagasan. Banten ditahap di mana harus bersaing secara ide-ide dan kualitasnya, bagaimana kita butuh putera terbaik yang memberi cahaya untuk bangsanya. 

Bukankah menulis juga bagian dari dakwah ya? Ketika seseorang menulis untuk kebaikan dan pembaca tergerak untuk melakukan kebaikan, bukankah itu punya nilai pahala? Ini artinya, ada hal yang perlu terus perhatikan.

Lebih dari itu, kelaparan, kemiskinan, dan angka rendah literasi di Banten harus terus dipeloroti agar tidak berimbas pada mental warganya. Menulis itu aktivitas ibadah, tanpa membaca itu berat sebelah. Peradaban lahir dari bangsa yang melek literasi-nya baik.

Seperti sejarah lampau Kesulatan Banten. Sesungguhnya itu ibrah kita generasi muda, apa akan kembali "menghidupkan kembali" abad kejayaan itu, apa justeru melupakan kekayaan sejarah itu. Semua kembali pada kita yang merasa bagian dari warga Banten. (***)

Pandeglang, 2 September 2023   11.517

Posting Komentar

0 Komentar