Menunggu Memang Meresahkan

Menunggu itu sering buat jengkel. (Foto: Pixabay?

Pekerjaan yang paling melelahkan itu menunggu. Ditinggal pergi sudah ada janji. Dipertahankan makan hati. Apalagi menunggu dihalalkan kamu. Hihi. Ih, ke mana-mana. Serius, menunggu itu sering dikatakan sulit diakoni.

Tahu sendiri di negeri tercinta ini budaya menunggu (baca: antre) sering menjadi sorotan. Jangan jauh-jauhlah dari hal sederhana dulu.

Jum'at kemarin pas menunggu kamu, eh menunggu di lampu merah Kadu Banen. Lagi santai melihat kedipan nakal si Merah itu, eh tanpa ba-bu ada mobil angkot menyalip dari samping kiri. Kirain satu, eh dua. Balapan lagi. Hih!

Gak tahu apa, selain "dosa besar" dalam UU menerobos lampu merah terus ditambahkan dengan menyalip dari kiri. Bahaya Bos! Coba gimana kalau yang disalip oleng lantas jatuh di depan mobilnya, kalau tidak mati pasti ke rumah sakit.

Belum lagi adu kepala dengan kendaraan lain, bisa celaka berjamaah. Mikirin nasib orang Bos, selain sekedar rebutan penumpang. Pas di tangkap polisi ribut, harusnya situ yang mikir sudah salah berani nyolot?

Budaya menunggu kita memang perlu di perbaiki. Di negara maju, contohnya Belanda dan Jerman, kalau di jalan ada yang mau lewat dan mereka tahu. Sudah dari jauh memasang rambu-rambu lampu belakang, kecepatan dikurangi.

Di kita tuh, kalau ada yang lewat macam melihat patung aja, tancap gas! Tidak tertabrak Alhamdulillah, kalau terjadi musibah. Sederhana sekali. Nyawa seperti barang murah, anga kecelakaan wajar makin tinggi.

Apa salahnya menunggu barang sejenak. Siapkan kesabaran, siapkan sikap sadar keselamatan. Ingat keluarga di rumah. Ingat, sehat gak bisa selalu dibeli BPJS.

Gitu dong, harus mau menunggu demi kenyamanan. Jangan main serobot, eh nanti celaka baru tahu. Lagian selama ini kita menunggu di jemput Izrail. Siapa yang duluan mana tahu.

Saya pikir soal "menunggu" matinya yang dipikirkan apalagi ditakutan. Itu pasti. Alangkah baiknya memikirkan mati dalam keadaan apa dan di mana. Untuk itu diproses menunggu ini, jangan cemas dengan kenyataan. Itu saja. (***)

Pandeglang, 15 September 2023   23.18

Posting Komentar

0 Komentar