Sibuk Merenovasi

Ilustrasi  dua rasa yang kadang punya perbedaannya. (Sumber: Pixabay)

Dua hari ini saya disibukkan membantu bapak merenovasi bagian rumah yang bocor. Kalau sedang hujan rumah macam kapal bocor, tutup sana-sini. Itulah kenapa perlu renovasi sebagian. Kalau semua, ya harus berpikir keras. 

Lumayan juga tubuh serasa dicabik-cabik kalau bangun tidur. Tidak kuasa membaca buku secara khidmat dan menulis secara santai dengan segelas kopi terhidang. Juga waktu khusus untuk melepas rindu yang sering bergelora di perputaran waktu.

Dua hari cukup jadi renungan. Tangan yang kebas, kulit serasa gosong dan kehilangan fokus. Tetapi melihat hasil renovasi dari kerja keras itu rasanya terbayar semuanya. Bahagia yang ada.

Saya pikir begitulah kira-kira kalau diri kita rajin direnovasi (diperbaiki) maka terasa perubahannya. Cuma butuh proses dan waktu. Tidak selalu mudah. 

Bisa saja selama ini jiwa kita banyak yang "bolong" yang perlu ditambal agar tidak terkena pengaruh negatif dari luar. Entah itu hujan cacian, banjir ejekan dan lemah menerima ujian maka kesiapan mental berlandaskan tauhid perlu kita persiapkan.

Kalau fisik bermasalah mudah terdeteksi. Kita bisa periksa ke dokter nanti diperiksa di laboratorium, benarkah kita sakit dan apa itu. kalau batin bermasalah, ke siapa kita mencari.

Saya yakin kita akan menjawab, ya datang ke ahli agama. Iya benar ke ahli agama, tapi tidak cukup tanpa ikhtiar diri kita. Kita dinasehati, harus juga perlu pelaksanannya. Harus seimbang agar tidak jadi masalah nantinya.

Dus, itu sesuai hadits Nabi, yang bunyinya, "jaddidu imanakum".Perbarui imanmu. Begitu yang saya baca di buku Buya Hamka. Kamu sendiri gimana? (***)

Pandeglang,  17 September 2023   21.03

Posting Komentar

0 Komentar