Selalu Salah atau Memang Salah?

Saat salah barangkali serba salah. 


Dear, aku bingung dan selalu kebingungan mengikuti inginmu. Kamu inginnya apa dan seperti apa lagi, apa selalu ingin dimanja dan dijadikan orang utama? Sedang selama ini itu sudah kamu dapatkan, yang mana lagi.

Dear, kamu mungkin jengkel dengan kata ini tapi harus aku katakan, kamu ke kanak-kanakan. Aku pikir selama ini kamu paham arti mandiri dan resiko menjadi dewasa. Ternyata, kamu tetap ingin di duniamu dan terus tenggelam di dalamnya.

Kata maaf mungkin perlu, namun apa itu masih penting saat terus menjadi alasan saja? Terus menerus dan berulang-ulang diujarkan, tetapi sampai kapan? Sampai aku bosan atau kamu lelah meminta maaf lagi kah?

Dear, perjalanan kita masih panjang dan proses itu makin rumit. Aku pikir kamu paham itu. Sekarang justeru aku bingung, apa kamu mampu menanggung resikonya kalau terus tenggelam dalam ingimu tanpa memikirkan rasa orang lain? Aku sungguh bingung, dengan cita-cita dan mimpiku semua, apa kamu paham resikonya nanti?

Dear, kamu berkata, kenapa aku selalu salah di matamu. Ya, seharusnya kamu memikirkan pertanyaan itu, itu diajukan pada dirimu bukan padaku. Apa dikatakan benar kalau ingin mandiri tapi masih merengek-rengek untuk diperhatikan? Apa iya sudah ingin ditahap serius kalau dikit tersinggung langsung ngambek? Untuk terbuka dan cerita saja harus terus dipaksa, apa iya harus dibenarkan?

Dear, aku pikir delapan bulan cukup untukmu memahami siapa aku, apa harapan kita dan rencana kita nanti. Nyatanya, perdebatan kita selama ini masih sebatas salah paham dan hal ringan. Entahlah, kadang aku merasa lelah, begini amat perjuangan ya, mulai lagi dari nol terus begitu. 

Dear, aku tahu kamu mencintaiku dan aku pun begitu. Namun hidup tidak hanya soal cinta, kita pun harus tahu resiko dan kebesaran jiwa. Kita mandiri dengan sikap, kita berani ambil resiko dan kita tidak cengeng dengan ujian. Tidak semua tangisan itu jelek, tapi banyak menangis karena tekanan masalah justeru lebih jelek lagi.

Dear, aku bersyukur dengan rindu ini dan semua yang telah kamu lakukan. Proses yang tidak mudah. Sebagai laki-laki biasa aku pun kecewa, akan sampai kapan sikap seperti ini dipertahankan?

Pada akhirnya berada pada kejengkelan dan ketidakpastian, antara harus dilanjutkan atau mungkin sudahi saja agar tidak ada yang merasa terbebani lagi. Biar jalan kita bebas dan tidak ada yang menyalahkan. Tidak ada salah paham lagi. (**)

Pandeglang, 3 September 2023  22.22

Posting Komentar

0 Komentar