Tidak Selemah Itu

Saat semua tak mudah diterima. (Sumber Pixabay. com)

Di sana, dia tidak baik-baik saja. Anak bapak yang bapaknya sedang dirawat dan kembali menginap di rumah yang banyak orang sakitnya. Aku baru kehilangan dua orang, fokus ku belum stabil, kini ditambah ujian ini. Rasanya semua kok datang berurutan di saat ingin fokus. 

Aku tahu dengan dia mengalami itu ada banyak hal dari sikapnya yang berubah. Emosi tidak stabil dan mungkin hal lain, siap tidak siap laki-laki harus kuat. Berdiri dengan sikap bahwa semua baik-baik saja.

Dia di sana tidak sedang baik, untuk dia baik butuh proses. Aku yakin dia kuat dan bisa hadapi itu. Sebagai seorang yang memahaminya di sini, aku pun butuh proses pula untuk baik-baik. Berpikir baik-baik saja seolah sama seperti kemarin.

Untuk itu, aku butuh pelarian yang bisa memadamkan rasaku yang tidak baik. Belum tugas PHBI yang beberapa hari lagi perlu ekstrak kesabaran dan kejadian yang tidak mengenakkan hati tadi malam. Rasanya kok menghentak jiwa.

Ah dunia, begini ya. Kita mundur tertindas, maju terus melemahkan. Wajar kemudian kata sebuah maqolah, sebaik-baiknya perkara itu pertengahan. Ini yang kemudian aku ingin berusaha berpikir positif dan bersikap seolah-olah masalah hanya aliran sungai yang hanya mengalir saja. Bukan singgah seperti bendungan.

Dunia ini terlalu berharga kalau hanya digunakan untuk mengeluh, menangis dan memaki keadaan. Biarkan itu mengalir saja. Kita sedih apa adanya, kita ala kadarnya selebihnya kita bersikap baik terhadap takdir.

Kenapa harus begitu? Karena takdir manusia siapa yang tahu. Bukankah kita percaya, apa yang terjadi adalah yang diatur Allah yang Maha Kuasa. Kita tidak usah takut Allah dzalim apalagi memahami hamba-Nya. Allah Maha tahu daripada kita yang kerapkali salah sangka.

Kita ingin sesuatu, yang mana bagi kita itu baik untuk kita. Padahal bagi Allah itu tidak baik. Seperti Anda melihat anak kecil memegang pisau tajam dan belum cukup usia memahaminya. Masa iya Anda akan membiarkannya.

Masa iya, Allah yang Maha Tahu harus didikte oleh pikiran kita yang dangkal dan banyak salahnya. Pikirkanlah ini.

Lepas dari itu, saya tergoda dengab buku itu, kembali untuk disentuh dan digali isinya. Selamat malam minggu bagi yang sedang percaya dan yakin takdirnya. (***)

Pandeglang, 30 September 2023.  21.30

Posting Komentar

0 Komentar