Hamil Duluan

Fenomena hamil duluan yang lebih duluan hamil daripada nikah. (Pixabay. com)

Ada kabar yang saya dengar, katanya di kampung sebelah ada yang menghamili anak orang di luar nikah. Kini, kekasihnya tengah mengandung buah cintanya. Usia muda, pikiran masih labil, siapa nyana, nafsu bergejolak tak mampu dikelola keduanya. Terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.

Tidak hanya di kampung sebelah sih, di kampung saya pun di bulan kebelakang  ada peristiwa terpaksa dinikahkan karena tertangkap basah main kuda-kudaan. Video koleksi panasnya entah kenapa tersebar sehingga itu membawa gempar kampung kami.

Apa ini kabar aneh dan luar biasa bagimu?

Saya rasa kejadian seperti itu sudah lumrah ya. Mudah sekali kita cari berita di mana hamil duluan seperti menjadi fenomena gunung as. Tidak di kampung apalagi di kota. Tidak hanya dilakuan oleh mereka yang "paham agama' atau orang awam yang ke perkara biasa saja.

Kalau kita ingin mencari siapa yang salah, rasanya sia-sia. Baik pelaku. orangtua dan warga sekitar bisa disalahkan. Aparat setempat bisa salahkan. Bahkan kita yang tahu dan hanya bisa mencaci pun bisa disalahkan. Namun, apakah ada orang yang rela disalah-salahkan? Pastinya tidak mau.

Ngomongin nikah muda ini memang agak risih. Di Indramayu saja dari data Pengadilan Agama setempat angka nikah mudah masih tinggi. 564 anak di bawah usia 19 tahun menikah karena hamil duluan (Republika, 16/1/23). Tiap hari 7 anak di Blitar mengajukan permohonan untuk nikah muda sebabnya karena hamil duluan dan ada pula yang gaya pacarannya sudah kelewat batas. (detikJatim, 6/4/23). Belum kita bicara di kota-kota yang kasusnya kadang lebih mengerikan.

Singkatnya, kasus hamil duluan adalah nyata di sekitar kita. Tugas kita tidak lagi hanya memaki pelaku tapi berusaha memutus rantai penyebarannya. Hemat saya mungkin dengan lebih peduli dengan tumbuh kembang anak, dan mulai memberikan pemahaman; bagaimana hubungan yang baik dan seperti menyalurkan hasrat yang sehat.

Pendidikan seksual yang masih dianggap tabu di beberapa daerah, kenapa tidak lebih diperhatikan. Dengan efek teknologi dan informasi rasanya remaja kita dicekoki tontonan tidak tepat.

Sekalipun pemerintah sudah secara serius mengontrol peredaran video mesum, anehnya ada saja cara bagi penikmatnya menyebar juga mendapat koleksi begituan. Aktivitas seks pun jadinya dianggap kotor dan tidak baik.

Padahal seks adalah fitrah manusia. Walaupun begitu, kita pun harus tahu kenapa video blue bisa masif dan tersebar, tak lain karena kesadaran kita kurang. Pun tidak cukup pengetahuan, kalau di Jepang video seperti itu legal wajar. Karena kesadaran punya keturunan rendah. Nah di kita, tebak sendiri. (***)

Posting Komentar

0 Komentar