Sariawan

 
Sariawan yang jadi renungan bukan makian. (Pixabay. com)

Sudah hampir lima hari ini lidah tak enak makan dan bicara, tak lain karena sariawan. Penyebabnya sederhana,  karena tergigit pas makan. Bukan karena jarang mandi loh, ya mungkin saja sih. Hihi.

Lidah yang terluka ini lumayan mengganggu. Belum efeknya ke demam terasa, yang mana di saat tertentu membuat saya jengkel. Gak enak makan, gak enak tidur terus gak enak apa lagi ya?

Kalau kata Emak, sariawan tanda lagi masuk angin. Mungkin ya karena pengaruh pergantian cuaca ya. Tapi kata dokter karena kurang vitamin C, maka harus rajin asupan yang mengandung vitamin C. 

Kalau kataku sih ya mungkin karena kurang hati-hati. Pekerjaan yang agak membosankan tiap malam adalah jongkok di kamar mandi terus menggosok gigi. Hikh!

Gosok-gosok terus sampai bersih. Kadang pegal. Kalau tidak digosok bau mulutnya. Tahu sendiri mulut adalah aset utama. Bisa dibayangakan dengan orang yang mulutnya bau. Hih, mana tahan.

Pernah tuh aku ketemu orang yang bisa dikatakan ganteng lah, orang terdidik pula. Ngobrol dong dekat dia, ya Allah itu mulut macam kumpulan sampah tak dibuang. Ditambah rentetan gigi yang... oek!

Jadi gitu, aku sariawan. Dipikir-pikir ya, sariawan ini ada manfaatnya juga. Manfaatnya aku agak-agak hati pilih makanan. Aku pun memahami arti syukur nikmat.

Kalau sedang sehat, kita sering lupa betapa makan yang biasa itu sangat nikmat kalau kebetulan tengah sariawan. Misalnya, makan oreg tempe. Kemarin aku makan tuh oreg tempe, masya Allah nikmatnya.

Tiap kunyah makanan terasa dan nempel di lidah. Walau berkali-kali harus ngiler nahan ludah yang ingin meloncat. Tapi kenikmatan ya tetap kenikmatan. Hihi. Ada yang sariawan juga kah? Kalau ada yang mau ngasih baso beserta camilannya. Ya, monggo sih. Hihi. (**)

Pandeglang, 2 November 2023   17.47

Posting Komentar

0 Komentar