Ketemu Teman

Dekat tempat TKP, ah hidup perjalanan. 

Saya sadar siapa saya dan lewat kesadaran itu ingin bersyukur. Mensyukurinya dengan tidak menyesalinya. Karena saya percaya, tiap orang punya jalan hidup berbeda.

Seperti tiga hari ke belakang, saya ketemu teman semasa sekolah. Namanya Adin, sewaktu sekolah sering dipanggil Aladin. Lucu orangnya, kulit putih macam bule dan perawakan sedang. Untuk ukuran waktu itu, gantenglah.

Pas kemarin, ya Allah beda. Kini tubuhnya mulai berisi, kumis yang tidak teralalu lebat dan pembawaan wibawa, lantas menyapa saya. Jujur saja, agak salfok. Ini siapa orang, mencari-cari benang ingatan. Pas dia tersenyum dan mengingatkan, saya yang tertawa.

Haduh, teman saya sudah jadi bapak. Dewasa benar. Ingat benar sewaktu sekolah betapa konyolnya ini orang, sering iseng ke teman cewek. Waktu berjalan perlahan tapi pasti, sepuluh tahun lalu berlalu.

"Mana isterinya," katanya.

"Belum ada," pertanyaan yang biasa saya jawab.

"Cepetan dong, nanti saya antar, lah," godanya dengan senyum yang sama seperti dulu. "Pokoknya mah, sampai ke Bali saya antar," candanya.

"Serius?" saya bertanya balik sambil cengengesan.

"Ya, lah."

"Kalau saya dekat dari situ."

"Hah! Benar pula ucapan saya," terheran.

Setelah itu, dia dipanggil wanita, mungkin isterinya. Saya pamit, karena ada jadwal lain pula. Senang juga ketemu teman lama yang sekarang punya kesibukan masing-masing. 

Dinamika yang berbeda, dia sudah jadi bapak, lah saya masih perjaka. hihi. Sampai kini harus sabar LDR, syukur ada yang mau setia menemani. Memikirkan ini kadang saya ingin tertawa, kok beda-beda ya.

Lepas dari itu, saya tidak menyesali takdir saya. Saya sungguh bersyukur, dengan waktu luang punya masa untuk terus belajar, mencatat mimpi saya, ada seseorang yang setia menanti walau sudah saya takuti agar pergi, bukan karena saya tak cinta tapi lebih soal penantian sih. Hihi. Tapi dia ngeyel, ya udah makin subur rindunya.

Tak hanya itu, orangtua yang mendorong untuk saya lebih mandiri. Ah, jujur, dengan status saya sekarang saya merasa sibuk sekali. Ada memang masa boring, lebih dari itu, saya merasa ada di posisi merdeka.

Ah, begitulah hidup ya, bukan kita sibuk membandingkan tapi sibuk menysukuri lantas melakukan yang terbaik bagi hidup kita. Toh, Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya, kenapa harus ribet dengan takdir-Nya. Lucu, kadang, ah. Hihi. (***)

Pandeglang, 21 Desember 2023  14.33

Posting Komentar

0 Komentar