Saya lihat Kampanye Caleg Baru Satu Kaki



Kampanye itu tidak cukup lewat baliho saja. Contohnya di masa kampanye begini, capres dan capwapres lagi sibuk-sibuknya berkeliling Indonesia. Mereka tengah menawarkan program-program yang nanti menjadi acuan kebijakannya, kalau sekiranya terpilih lima tahun ke depan.

Medium lainnya kampanye tidak hanya turun ke lapangan. Melalui alat peraga pun seperti baliho, spanduk dan poster seringkali kita lihat bertebaran di sepanjang jalah. Di seputar area publik pun tak luput menjadi perhatian.

Hanya saja, saya heran, kalau capres dan cawapres rajin blusukan ke mana-mana--- di samping baliho itu, sedangkan caleg, apa saja yang dilakukan? Justeru saya melihat, hanya baliho-spanduk yang baru terlihat.

Di wilayah saya sendiri dari sekian caleg yang ada, baru satu yang berkenan datang itupun belum melihat gagasan besar apa. Belum pula melihat kesibukan caleg lain blusukan ke beberapa dapil-nya, yang mana pasti ingin tahu seperti apa suara wakilnya di parlemen. Seperti apa pembelaan mereka terkait hak dan kewajiban negara yang belum seutuhnya terpenuhi.

Dilansir dari laman www.johorejo.id bahwa di KBBI disebutkan blusukan berarti masuk ke suatu tempat dengan tujuan mengetahui sesuatu. Singkatnya, blusukan itu ikhtiar calon wakil rakyat tahu dan paham seperti apa keluhan masyarakat. Duduk mendengarkan dan menangkap kegundahan hati warganya.

Istilah blusukan sendiri populer sejak Pak Jokowi keluar masuk ke daerah DKI, termasuk yang fenomenal adalah masuk ke gorong-gorong Bundaran HI. Walau pun dalam sejarah bangsa, Bung Karno sendiri termasuk figur yang suka blusukan. Begitu pula Pak Harto, Gus Dur dan lainnya.

Hal ini menjadi catatan tersendiri untuk kita, bahwa pemimpin yang baik ialah mereka yang dekat dengan rakyatnya. Pemimpin yang mau menerima kritik, yang mau pula terjun ke dapilnya. Bukan mengandalkan timses maupun cara-cara tak elok nantinya.

Masa kampanye ini seyogyanya kesempatan untuk rakyat tahu kualitas wakilnya, entah yang duduk itu legislatif maupun eksekutif seperti apa gagasan mereka nantinya. Begitupula kesempatan para capres-cawapres dan caleg untuk menawarkan gagasan nyata untuk bangsa dan negara. Sederhananya, edukasi politik pada warga negaranya.

Jangan menunggu masa kampanye berakhir, akhirnya demokrasi berjalan satu kaki. Elit malas menyapa warganya, warga pun pesimistis dengan sepak terjang elitnya. Kalau itu terjadi, jangan salahkan rakyat, justeru introspeksi. Bangun trust maupun komunikasi agar terhubung saling mendukung. Saya kira begitu, ya. Wallahu'alam. (***)
*foto: pixabay. Com

Pandeglang, 29 Desember 2023

Posting Komentar

0 Komentar