Tadi malam Pak RT selaku ketua pelaksana maulid tahun depann, datang ke rumah. Beliau mendiskusikan beberapa hal soal acara nanti, baik dari format acara sampai ke persiapan teknis sempat disinggung. Sebenarnya terlalu dini membahas yang begitu, tapi sebagai orang yang ditunjuk sebagai sekretaris acara tak adas salahnya juga sih.
Jadi acara nanti rencananya akan diadakan di tengah bulan, karena di tanggal itu di apit oleh tanggal merah. Struktur pengurus: Ketua pelaksana, RT Mahdum; Sekretaris, Mahyudin; Bendahara, H. Juned. Beberapa hal yang sempat kami diskusikan:
Pertama, penagihan secepatnya dilakukan. Ada usul dari warga, gimana kalau penagihan nanti dilakukan oleh ibu-ibu bukan lagi oleh para pemuda, alasannya agar yang "nakal bayar" merasa malu agar ada kesadaran untuk melunasi. Selain itu uang jatah penagihan yang Rp.30.000/minggu tidak akan diambil oleh ibu-ibu. Tetapi bakal dialokasikan untuk acara maulid ibu-ibu nanti.
Saya sendiri mengatakan, kalau memang bakal aman dan tidak akan menimbulkan masalah, silahkan saja. Lebih dari itu gimana ketua saja, efektifkah tidak nantinya. Walau opsi itu termasuk bagus sih tinggal mungkin menunggu respon warga nantinya, merasa setuju atau tidak.
Kedua, target awal penyebaran pemberitahuan kepada masyarakat seharusnya senin besok, tapi karena ada masalah teknis dan lain hal mungkin akan ditunda. Kemungkinan minggu depan. Per KK akan dikenakan iuran RP.350.000,- angsuran selama 10 bulan.
Saya minta waktu untuk komunikasi dengan pengurus yang lama, saya ingin belajar banyak soal mekanisme acara. Lagian itu bentuk etika menjaga hubungan baik untuk diwariskan pada pengurus selanjutnya, bahwa tidak ada senior atau pun yunior, yang ada yang paham mau saling melengkapi bila ada kekurangan bisa diminimalisir.
Ketika, terkait Kiai dan Qori, ketua sempat mengusulkan Kiai Angling Darma Ciomas yang mengisinya. Saya agak kurang setuju, bagi saya isi konten dakwahnya kurang mengena. Tapi bugdet-nya katanya lumayan bersahabat. Pak Abudin mengusulkan kiai dari Rangkas yang pernah ceramah di rumahnya, saya katakan itu pentolan FPI.
Ketua kurang setuju karena kiai itu terlalu vokal. Bagaimana pun gimana caranya acara maulid agak tetap kondusif, maka pengisi acara sebisa mungkin agar tidak memprovokasi warga. Biarkan dikembalikan pada tujuan awal acara maulid itu untuk apa dan karena apa.
Meski pun panitia menerima usulan dari siapa saja, itu akan disampaikan di forum terbuka insya Allah, siapa yang diinginkan oleh warga. Panitia akan memfasilitasinya, tidak akan melarang, kami berusaha mendengarkan aspirasi. Termasuk soal Qori pun sama, tidak akan memutuskan sepihak sebelum ada kesepakatan bersama. Begitu kata ketua. Saya tentu memgaminkan.
Ketiga, untuk format acara inti nanti mungkin akan dikerucutkan pada beberapa acara saja. Usul ketua, pertama pembukaan, langsung ke sambutan minimal dua orang, pembacaan kalam ilahi, lanjut ke tahlil jami berikut marhaba dan pembagian besek ke seluruh jamaah dan terakhir ceramah agama.
Target panitia, acara bisa selesai jam 23.00. Seluruh panitia direncanakan bakal dibekali soal teknis acara sebelum hari H agar tidak terjadi salah paham. Untuk berkat akan disimpan di satu tempat untuk mengintensifkan waktu.
Saat acara berlangsung semua stake holder diikutsertakan, termasuk para sesepuh direncanakan akan ditempatkan di atas panggung untuk menemani kiai nanti ceramah. Kalau memungkinkan, besoknya bakal ada acara pentas seni untuk anak-anak agar punya ruang menyuarakan bakatnya.
Singkatnya, sebagai panitia kami berusaha untuk melanjutkan apa yang sudah bagus dilakukan pengurus sebelumnya dan memperbaiki apa yang dirasa kurang baik. Itu saja. Bagaimana pun hasilnnya, semua masih wacana dan rencana. Apa pun yang terjadi Allah yang Maha Tahu. (***)
Tegal-Setrajya. 15.00
0 Komentar
Menyapa Penulis