Sekalipun tidur saya merasa tidak tidur karena lintasan pikiran yang lari ke mana-mana. Dari memikirkan hal sederhana sampai hal yang musykil. Tidur akhrinya hanya medium "mengistirahatkan tubuh" bukan mengistirahatkan seluruh anggota jiwa. Dua hal yang dianggap sama sebenarnya berbeda.
Kalau kita kaji dari segi psikologi, jiwa itu hakikatnya inti dari tubuh kita. Ada yang menyebut jiwa itu ya ruh. Ruh itu sebutan lain dari jiwa. Tapi ada yang bilang ruh dan jiwa berbeda berlandaskan kalau jiwa masih kasar sedangkan ruh amat halus. Hanya kalangan tertentu yang bisa menjangkaunya.
Baik, kita kembali pada badan dan jiwa itu sendiri. Kalau kita meminjam istilah Imam Ghozali di Ihya Ulumudin menjelaskan bahwa tubuh manusia terdiri dari berbagai organ. Di antara yang pangkal ialah akal. Akal kalau digambarkan dalam struktur pemerintahan seperti raja atau presiden.
Akal sebagai presiden mengontrol hati. Hati itu menterinya. Sedangkan hawa nafsu itu tentaranya. Kalau dua itu tak mampu dikontrol, maka keduanya acapkali menyantroni jiwa kita menjadi resah, galau bahkan di fase tertentu terjun ke dunia hitam.
Akan akan semakin tajam karena sering di asah dengan nafas iman juga ilmu. Keduanya akan menjadi warna tersendiri. Kalau keduanya luput diperhatikan, maka yang ada "merasa diri besar" dan terpenjara diri dalam dunia tanpa arah.
Nafsu misalnya selalu butuh pelampiasaan. Pelampiasaan tubuh bisa lewat kelamin atau seperangkat lunak lain. Itu bisa terjadi tanpa kontrol.
Itulah kenapa Nabi dalam ajaran pokoknya mewajibkan kita untuk mencari ilmu sebanyak yang kita mampu. Mencari ilmu di era digital ini mudah sekali, kita bisa membaca, mendengarkan, atau terjun menganalisis bidang kajian yang kita inginkan.
Mendiamkan otak bekerja dalam proses berpikir sesungguhnya cara untuk melumpuhkan itu. Kita akan kehilangan semangat, kita akan terbawa arus bawah sadar yang membuat kita bingung sendiri memaknai hidup.
Oleh karenanya, tubuh dan jiwa bisa kita katakan bersatuan jika kita punya perekat di dalamnya. Perekat itu adalah ilmu dan iman. Tanpa itu kita akan kehilangan ruh kita.
Tidur dan istirahat saya, mungkin cara alamiah untuk mengistirahatkan tubuh yang merasa lelah dan mengolahnya jiwa yang selalu bergejolak. (**)
Pandeglang, 25 November 2024 14.03
0 Komentar
Menyapa Penulis