TAKDIR


Ia gadis mungil dari pulau kecil yang menyebrang. Berada di ujung pulau Jawa. Gadis biasa dengan pembawaan yang sederhana. Sekilas memang terlihat tidak istimewa, itulah kenapa ada yang bilang ke aku, kenapa bisa mencintainya sebegitunya. Biasanya aku diam, sesekali tersenyum. Aku pikir, tidak harus semua tahu kamu istimewa. Takutnya banyak saingan. Cukup aku aja. Haha.

Kata cinta itu terdengar agak menggemaskan diujarkan, setidaknya di lingkup pergaulan seusiaku. Aku yakin, banyak yang lebih memikirkan nasib hidupnya daripada hanyut di dunia rasa penuh warna. Atau sesekali mengeluh tagihan bunyi token, harga BBM, harga beras naik, sembako dan lain-lain. Atau meributkan soal rewelnya sikap pasangannya, atau bebalnya keinginan anaknya dan sebagainya. 

Sedangkan aku, sepertinya memang masih harus menikmati rasa-rasa hangat dengannya. Memikirkan mimpi-mimp, membangun prinsip dan memainkan lagu jiwa di hari-hari kami.

Kadang aku berpikir, kenapa begini. Kenapa begini adanya. Pun kamu pun berpikir demikian. Kapan, ya kapan. Seterusnya begitu sampai akhirnya kita merasa lelah sendiri. Demikianklah, barangkali ini bagian takdir kita.

Takdir yang tak selalu sama dengan yang lain. Karena takdir kita adalah milik kita yang dianugerahkan Allah, orang lain tak harus repot mengaturnya. Kita pun tak usah pula repot mengaatur takdir orang lain.

Hari ini, kita bisa melakukan apa yang terbaik tapat kita lakukan. Dengan tidak menambah resah -gelisah dengan kenyataan justeru berdamai dengan apa yang kita memiliki.

Esok, biarkan itu menjadi rahasia yang Allah simpulkan untuk kita. Kita tak usah khawatir, sekarang lakukan yang terbaik. Mumpung ada mentari pagi, mari rasakan kehangatannya. (***)

Pandeglang, 22 November 2024 06.28

Posting Komentar

0 Komentar