Pulau Jauh, delapan desember 2024, pukul lima pagi delapan belas
Assamulaikum dear,
bersama tulisan ini aku kabarkan, aku tidak baik.
Aku bingung mau menulis dari mana, pastinya aku tidak tahu. Tapi aku harus menulis demi rasaku.
Aku sudah membaca apa yang kamu inginkan itu tadi malam dan coba memahami semuanya, dari berbagai perspektif agar terlihat jelas.
pertama, kenapa keputusan itu kau katakan begitu cepat. Bukankah itu demi kita ya, kita itu artinya dua kata dan hati yang perlu dibicarakan lebih lanjut.
Bukan terkesan semena-semena. Alangkah baiknya semua diberi jeda untuk direnungkan karena kita gak tahu efek itu ke masa depan.
Kedua, apa benar muaranya karena dua hal itu, apa yang kau katakan tadi malam. Tapi justeru heran, dua hal itu terkesan ringan dan biasa. Curiagku ada hal lain yang entah apa tapi belum kau katakan. Apa itu kamu yang pastinya tahu.
Sebab aku tahu seperti apa kau, seperti apa kalau lagi terluka dan bagaimana menghadapi tiap kesalnya.
Ketiga, aku ikut karena gak mau ribet. Walau pun dipikir-pikir pilihan yang melelahkan.Menghadapi kenyataan saja cukup ditambah lagi dengan ini, tapi aku harus bersikap gimana.
Ya udah sih, kalau harus terjadi ya sudah. Toh, itu rasamu dan jiwamu. Aku akan jadi diriku yang tetap terjaga, kuat dan suatu saat tahu apa sebenarnya terjadi.
Apalah aku wanita biasa dengan segenap kurang, khilaf dan acapkali salah. Manusia biasa. Saat kau kecewa padaku, ya sudah. Hendaknya di sampaikan dengan jelas, apa dan gimana itu poin kesepakatan kita dulu.
Sekarang aku tengah menimbang-nimbang, jadi apa maksudnya. Hem, entahlah, aku tidak tahu. Apa pula yang harus ditanggapi.
Demikian dear, segitu saja. Wasalam.
0 Komentar
Menyapa Penulis