se toples permen/dokpri |
aku tahu, luka itu masih menganga
di mana aku tancapkan ujaran kasar
mungkin kamu seolah kuat, bertahan dan tersenyum
di balik itu ada guntur, petir juga badai menggetarkan harimu.
aku tahu, tak mudah mengubah putihnya susu menjadi gelap coklat
meski pun bagi pecinta itu mudah
walau untuk pemujanya biasa saja
namun kita punya hati yang bisa tergores
butuh masa untuk
mendaur ulang lagi
kamu tahu ay,
tadi malam aku memeluk kesunyian
baku meracau pada kegelapan
aku mengintip atap impian, aku berujar
: Tuhan, apa ia baik-baik saja.
Hamba menyesali atas semua luka yang ditanamkan
semua tak boleh terjadi,
hamba sesali
kamu tahu ay,
tadi malam aku mencari di samudra kisah
tak kutemui kamu di sana.
kucari di draf penuh senyum
kulihat semburat kesal di saja
akupun terduduk di ujung kasur
sambil menatap keheningan
kamu tahu ay,
tak usah kamu hukum pun aku sudah ikut terluka
aku sudah merana, sudah pula pilu
setidaknya setengah hariku hanya sesal
aku bergumul dengan resah
mungkin itu harga sepadan atas ulahku
kamu tahu ay,
diammu cukup jadiku merenung
kamu pun sama tak baik
meski pun kamu pandai menyembunyikannya
jadi semua seolah biasa
padahal lautmu terluka
dasarnya meringis
duh, betapa daku menyakit bidadari bemata jeli itu
duh, aku sesali
duh, aku terlalu.
begitulah kisah kita ada saja warna
seperti permen ragam rasa
untuk kita menyadari ketidaksempurnaan
karena di balik itu kita menyadari :
bersamamu saat terindah.
Pandeglang, 8 desember 2024 17.58
0 Komentar
Menyapa Penulis