Ia yang Imut

 

sumber: indizone fadami

Selembar kertas goresan gadis imut itu masih di tanganku. Di kamar yang tak terlalu luas ini, aku masih membacanya. Ya, gadis itu, pembawaan yang menarik. Tidak perlu kata sulit menggambarkannya, karena ia seumpama rembulan yang setia hadir di kegelapanmu. Tak peduli seberapa lelah harimu, ia tetap ceria. Tak peduli seberapa kesal rasamu, ia tetap tersenyum.

Tentu saja ia bukan Puteri Dongeng yang kerapkali kamu dengar. Bukan pula purteri dari Kahyangan nyasar di gubuk reot Pak Tani. Ia perempuan dengan pesona yang meruntuhkan ke-egoisan diriku. 

Di mana kamu bisa temui?

Kamu bisa menemuminya di kelas, atau gubuk sederhana di kampung kumuh tak terjamah peradaban. Ia telaten mengajari anak-anak alif-ba-ta. Tak jarang abjad. Tak jarang cerita-cerita nusantara juga kisah-kisah pejuang Islam. Kamu pasti terpesona, karena ia tersenyum begitu manis dengan tatapan teduh.

"Aku ingin mereka tahu, dunia tak se-hitam nasib mereka," begitu katanya saat aku berkesempatan berkunjung ke gubuk-nya.

Aku lihat tumpukkan buku usang, dengan genre yang bisa dikatakan menarik. Bilik yang sudah terkelupas. Papan tulis yang penuh coret-coret. Di atasnya foto Pak Presiden dan wakil berdiri gagah menatap kami.

"Beginilah adanya," katanya tak berselera.

Ia pun bercerita dulunya gubuk ini tempat pengajian anak-anak. Tiap sore sampai nagrib ada Ustaz muda mengajar di sini. Namun beberapa tahun kemudian tak lagi datang, katanya sih selepas kuliah mencari penghidupan kota.

"Nah, aku," dengan bangganya, "memberanikan diri melanjutkan. Bedanya, kalau dia bepengalaman, saya mah apa tuh," ia tersenyum sambil memainkan manik di tangannya.

Sayangnya, aku tidak menatapnya. Mataku tertuju pada sekumpulan anak-anak yang tengah bermain. Dengan alat kadarnya mereka begitu ceria. Langit begitu hijau dengan lenguhan kerbau Pak Tani tak jauh dari sana.

"Anak-anak itu punya potensi besar berkembang. Mungkin nanti ada dari mereka yang bisa menjadi "jelema". Semoga dengan begitu bisa membawa secercah cahaya di ujung kampung ini."   






Posting Komentar

0 Komentar