Di Malam yang Ada Nirisan

ilustrasi meriang/pixabay.com


 Malam ini badanku agak nirisan. Agak demam disertai dengan flu juga lalungse. Kalau sudah begini, aktivitas harianku rada acak. Terutama pola atau jadwal tidur yang ngacak. Seenak dule. 

Soluisnya sih sederhana, dikerok. Cara termurah dan termudah. Meski pun bertanya, apa itu pilihan tepat di tengan gempuran produk modern untuk mengatasi meriang? Kalau aku sih, not.

Buktinya ini, dikit-dikit menguap. 

Kalau sudah menguap, pengennya tidur mulu. Kalau mulu tidur nanti lapar. Makan lagi, ngemil lagi. Perut tambah gede terus menguap lagi, tidur lagi. Sungguh, tidak produktifnya.

Seperti menulis ini, sebenarnya malam banget. Pake banget sebab di atas ubun-ubun. Cuma kalau begitu terus, gimana buku yang harus dirampungkan? Gemas sendiri aku sama diriku, mau belaga sibuk eh demam sendiri udah repot. Hihi. Gak ada potongan jadi orang sibuk emang.

Jadi gimana dengan berkas menumpuk di depan, pagi yang harus terjaga, siang juga makin repot berbagi rindu yang kerap terjadi benturan tak bertenaga. Sore jadwal buku pun malam yang pula harus bertempur dengan ingin dan harap... ah, betapa nikmatnya hidup.

Memang agak repot sih dikejar deadline terus nirisan. Seperti Mas Gong katakan kunci sukses penulis itu setia dan konsisten sama deadline, semua katanya. Waktu itu aku yang memang bukan penulis juga gak terkenal tapi masih manusia, berpikir keras, ada apa di balik ujaran ini? 

Sayang aku gak tahu. Nalarku terlalu lemah menangkap pesan klau lagi lapar atau rindu. Mungkin kamu berpikir, apa pula urusannya. Ada yaitu di balik bakso yang nikmat tercampur adonan yang terstruktur.

Udah ah, jum'at ini mau nyunah aja. (**)

Pandeglang, 6 Januari 2025  23.52

Posting Komentar

0 Komentar