Luka yang Masih Menganga

ilustrasi perih di dada.

Maaf sebelumnya, aku harus menuliskannya, di sini.

__________

 Apa yang hendak kamu tulis lagi, apa semuanya belum jelas. Bukankah sudah kamu torehkan sehingga membuat mereka tahu, betapa busuknya hatiku. Betapa jahatnya pikirku.

Apa lagi yang kamu bakal tuliskan?!

Tak habis pikirku, kamu yang terlihat begitu kalem dan 'alim katanya, kok sesantai itu menelanjangi aku di depan publik. Apa yang kamu inginkan kekasihku yang usang. Oh, apa harapmu.

Apa tak cukup segala luka yang aku terima. Apa tak puas aku pun sudah menelan pil pahit yang kamu rasakan, bahkan, lebih dari itu, nasibku lebih mengenaskan!

Duh, laki-laki, apa pantas kebusukan dibalas kesakitan lagi?

Benar aku perempuan dengan sejuta pesona, sehingga tak sedikit laki-laki menjadi gila karena ku. Ya, mereka gila. Menempatkan aku jadi objek imajinasi mereka. Gila. Ada yang mengaku terang-terangan, dia pikir aku senang.

Hah, dikira aku perempuan murahan apa.

Hingga aku termakan oleh sikap acuhku. Hatiku tersangkut di antara laki-laki yang menginginkanku. Aku menemukan tulus di situ. Sebuah kisah yang penuh samudra. Hatiku tersedot sampai aku lupa, terbawa arus kasihnya. 

"Jangan, kamu harus jaga diri," katamu. 

Tentu saja aku tahu kamu cinta padaku, tapi aku bosan dengan perasaan yang terpendam. Aku bosan dengan tatapan cinta tanpa kata. Aku resah dengan ingin yang tak ada pasti. Bisa-bisa aku gila karena mu.

Maka, lebih baik aku bersama ia yang gila karenaku.

***

Sekarang aku ingin kembali, dengan sisa luka dan perih. Meski tanpa kamu, sedikitnya aku bangkit, untuk tidak berada di gua penuh kepedihan. 

Aku ingin, tetap menjadi manusia.

Aku tahu salah, tapi kumohon, jangan terlalu dalam kamu tancapkan luka itu. Jika masalahku aku tak sama kamu, harusnya kamu berpikir, aku tak ingin tetap di sebuah hubungan tanpa pasti.

Aku bukan tokoh di film, yang pura tersenyum dengan kebahagiaan meski bukan dengan dirinya. Menangis kalau sendiri demi derita di dasar jiwa. 

Aku ingin yang biasa saja, dicintai dengan apa adanya. Saling memahami dan tak lelah menyirami rindu dengan komunikasi hangat. Tak lebih dan kurang. Apa aku masih salah di matamu?

***

Aku sudah berada di batas lelah. Maaf, kalau aku harus pergi menutup cerita tentang kita. []

Pandeglang, 4 Februari 2025  22.36

Posting Komentar

0 Komentar