dokpri. |
Tiap hari aku pengen menulis, bagaimana pun rasaku dan pikirku. Aku ingin menulis bukan karena ingin dikenal sebagai penulis. Meskipun tak akan lepas, bisa saja terjadi. Bahkan ingin dibaca orang lain. Lebih dari itu ada tujuan.
Bagiku pribadi, menulis sebenarnya untuk kepuasaan diri. Artinya, saat ada yang membaca apa tidak, tidak ada urusan. Punya cuan atau tidak, tidak urusan. Tujuanku satu, ingin menulis.
Sebab kalau tidak menulis pasti galau. Galau karena mau nulis, kok tidak bisa. Tidak bisa padahal pengen menulis. Ya sudah, menulis saja.
Kalau tulisanku dinilai memakai kaidah kepenulisan, memang jauh dari api. Itu pernah dikoreksi oleh seorang sastrawan di Banten, katanya, "Kalau menulis agak sedikit serius, jangan terlalu pendek."
Aku tentu paham ke mana arahnya. Cuma, kalau menulis terus pakai aturan baku, ya selesai-selesai. Bukan karena gak ada ide tapi buntu arah menulisnya ke mana. Ke sini buntu, ke sana bingung.
Jadi, kala orang bertanya, gimana caranya agar menulis produktif. Aku menjawab, terus menulis seperti apa pun mood-nya. Banyak orang, termasuk saya, menulis itu mengandalkan mood.
Kalau mood lagi baik, aktif menulis. Tiap hari lahir banyak tulisan. Namun, saat mood lagi tak baik, malas menulis. Tiap mau menulis, tak ada. Alasannya klise: tak ada ide!
Padahal kata senior, tidak menulis karena tak ada ide itu kebohongan yang nyata. Apalagi menulis hanya mengandalkan mood adalah kasta terendah dalam motivasi menulis. Apa tiap hari kita kehilangan ide? Tidak!
Ide itu dilahirkan, diolah. Bukan lahir sendiri. Contohnya, kita mengaku tidak punya ide. Katakan benar begitu, mari kita cek. Memang dari kita bangun sampai sekarang, apa saja yang kita lihat dan dengarkan dari pagi sampai sekarang apa.
Bukannya kita melihat, ibu atau perempuan kita sedang masak. Memasak makanan kesukaan kita. Lants kita makan bareng sambil ngobrol. Setelah itu kita berangkat kerja. Di jalan kita menyaksikan orang-orang. Ada pedagang nasi uduk yang melayani penjualnya. Ada pedagang bubur sambil melayani dengan senyum ramah.
Kita melihat anak-anak SD berangkat sekolah dengan penuh ceria bercerita dengan teman sejawatnya. Ibu-ibu yang ingin ke pasar belanja.
Apakah itu bukan ide tulisan?
Di sini perlunya memahami tujuan dan niat menulis. Apakah sekedar menulis atau memang punya cita-cita luhur. Wallahu'alam. (**)
Pandeglang, 23 Juni 2025 23.30
0 Komentar
Menyapa Penulis