dokpri. |
Aku ingin menulis tentang kamu. Gak tahu kenapa, berkali-kali jatuh cinta pada satu orang itu... yang tak jua ditemui. Jarak yang nun jauh akhirnya jadi sekat. Say hallo dan sesekali melafal kata rindu yang tiada akhir.
Aku tidak tahu kenapa. Ada saat ingin semua berakhir saja. Bukan, bukan tak lagi hangat kebersamaan kita. Bukan tak lagi manis parasmu. Bukan tak lagi ramah sikapmu. Bukan!
Namun sekian lama menunggu sering membuat aku bertanya-tanya. Sampai kapan, sampai kapan. Kata orang bijak hidup ini memang sederhana. Yang membuat semua sulit dan sukar itu bukan keadaan, justeru kita saja yang menafsirkan dengan segala kehendak kita.
Kamu boleh setuju atau tidak. Tapi bagi orang yang dirundung rindu dan kasih akan merasa, ya semuanya memang begitu. Dangkal dan terasa dalam. Ini sungguh membingungkan.
Urusan hati memang paling ribet.
Kamu adalah harap di antara ingin, yang sering buatku cemas. Sikap yang bikin aku gemas. Sikap yang bikin aku... melambat bernafas. Sikap yang memompa hasrat yang entah datang tak terduga.
Ah kamu, makhluk Tuhan terindah yang kurasai.
Orang bilang, cinta sering membuat sesuatu indah. Tahi kucing saja biasa terasa macam coklat. Terlalu lebay sih, tapi itulah logika pecinta.
Kalau kisah Laila Majnun selalu laku, kisah Romeo Juliet tak jua lapuk, bukan karena kisahnya luar biasa. Tapi kitanya saja meletakan kesakralan untuk memahaminya. Cinta, kata kita, adalah soal pengorbanan.
Saya belajar cinta dan ketulusannya darimu. Selama ini terasa hangat dan tak lelah menghangatkan. Kadang itu buatku berpikir, kenapa sih kamu begitu tulus?
Pertanyaan itu, bukan sedang tidak percaya. Mungkin lebih ke heran, ada ya cinta terjalin begitu lama, dalam dan hangat hanya bermodal percaya. Ini unik tapi ada, dan itu tentang kita. Kisah yang terlukis dalam rupa wajah penuh asa.
Kalau kamu ingin tahu tulusnya cinta, bukan mengukur pada yang terlihat jasadi. Mata bisa menipu tapi dalamnya jiwa, siapa bisa berdusta. Hati yang lembut akan merasa kelembutan kasih saat keduanya mau memupuk bukan meminta.
Kalau kata motivator, tidak ada manusia sempurna dalam diri kasihmu tapi kamu bisa jadi paling bahagia karena saling menyempurnakan jiwamu. Mau menutupi kekurangan dan mau saling mewarnai untuk saling memahaminya. Dirimu banyak kekurangan dan dia pun sama. Maka, yang kurang itu tak usah dicaci tapi hiasi agar lebih berwarna.
Kamu sering meminta untuk ia memahamai, namun apakah kamu termasuk yang paling memahaminya. Bagimu mungkin yes, tapi baginya, ya perlu kejelasan. Itulah meletakan rasa itu bukan pada keraguan tapi kepecayaan. Sejauh apa pun kamu terpisahkan, percayalah, alarm di hatimu akan tetap menguatkan: yes, you is the best for me![]
Pandeglang, 22 Juli 2025 00.40
0 Komentar
Menyapa Penulis