![]() |
Ilustrasi surat undangan nikah. (Sumber: Initu.id) |
Seorang teman bercerita, apakah saya diundang ke pernikahan teman pas sekolah dulu. Saya jawab tidak, dan ternyata dia juga tidak. Sama-sama gak diundang. Ada persamaan di sini, namun ada perbedaan sikap kami soal ini.
Dia nampak bersedih, setidaknya dari emot yang dikirim ke saya. Dipikirnya, kenapa gak diundang, bukannya ia teman baiknya (sewaktu sekolah), seharusnya adalah pengertian. Undangan itu bentu "masih dianggap".
Saya maklumi itu. Siapa sih yang tak mau dianggap ada di bumi ini. Dengan tidak diundang bukannya secara tidak langsung itu tak lagi berarti di benak teman tersebut? Begitu logika berpikirnya yang terbaca.
Saya sendiri tidak menganggap penting. Mau diundang atau tidak, saya hormati saya. Terpenting dari itu semuanya, saya mendoakan yang terbaik agar teman itu bahagia dan sakinah dengan teman hidupnya.
Kenapa begitu?
Karena tiap orang punya situasi yang tak selalu sama dengan pikiran kita. Teman itu tidak mengundang, bukan berarti tak ingat atau justeru melupakan. Mungkin saja ada hal atau alasan.
Misalnya, ia menikah dengan resepsi di rumah calonnya saja. Otomatis untuk undangan lebih banyak dari pihak perempuannya. Calon lakinya memang mengundang tapi dibatasi. Karena dibatasi ini ia harus memilih siapa saja orang yang dianggap penting.
Atau resepsi memang dilakukan baik di pihak laki dan perempuan, tapi terbatas membuatnya surat undangan akhirnya jadi pertimbangan. Ini seperti yang dikatakan seorang teman, kenapa ia tak mengundang pas menikah karena terbatasnya surat undangan.
Artinya, tak usahlah dibawa baper. Terpenting di atas segalanya bisa berjalan lancar. Semua yang diharapkan bisa tercapai. Logika berpikir saya sih begitu, agak berbeda.
Atau mungkin saja saya termasuk orang yang agak malas, pas datang ke resepsi nikah lantas sebelum pulang diberi pertanyaan sakral; Kapan menyusul?
Ah, tentu saja saya gak tertarik bertanya balik menyusul ke mana atau curhat bombay perihal kisah cinta kami yang kadang mirip di film yang diambil novel bestseller. Yang ada nanti bisa ikutan menangis bombay. So sweet! Hihi. (***)
Pandeglang, 03 Juli 2025 17.50
0 Komentar
Menyapa Penulis