Lupa Potensi Diri

Ilustrasi orang yang mulia tengah cengkrama. (Sumber: Majelis Tablig Muhammadiyah)

Kalau melihat mereka yang bernasab mulia sepertinya enak ya. Tak hanya nasab, ternyata nasibnya juga ikutan mulia. Efek mulia tentu saja dihormati dan dihargai. 

Tak pelak, betapa orang sekitar kita yang mengejar kemuliaan macam mereka atau mungkin kita sendiri bagian dari itu. Betapa mulia dikejar-kejar dan dicari, semampu kita.

Ada yang kesampaian sehingga mendapatkan buah kemuliaan itu. Ada yang tak mendapatkan sama sekali. Ada yang mendapatkan tapi cuma separuh yang ia inginkan. 

Namun, apa bahagia mereka adalah bahagia kita juga?

Ada hal yang luput oleh kita. Ternyata untuk dikenal sampai mulia dan dihargai orang ada proses belum kita tahu. Misalnya, sebelum jadi orang dikenal dan mulia kita bisa bersikap biasa saja. Tidak saat kita jadi dikenal.

Kita akan jadi sorotan dari hal sepele sekali pun. Dulu ketemu orang yang tak dikenal mungkin bersikap biasa. Tak perlu sok kalem apalagi pura-pura senyum. Gak mungkin juga ada yang bilang, 'Dia mah orangnya sombong ternyata.'

Lah, kenapa? Karena kamu gak terkenal dan tak mungkin orang cari perhatian ke kamu. Siapa kamu, kan sama saja dengan mereka. Berbeda saat kamu terkenal. Orang merasa tahu dan dekat sama kamu.

Mereka merasa kenal kamu mungkin kamu gak kenal sama sekali. Mereka tahu kebiasaan kamu, kesibukan kamu, dan pikiranmu yang tak terujar pun. Masalahnya, kamu kenal kah sama mereka. Meski pun tak ramah bukannya hal kamu ya.

Beginilah diri kita, berharap di muliakan karena ingin seperti orang. Tapi lupa menghargai diri sendiri dan bersyukur. Tak mampu menikmati potensi diri yang Allah beri. Wallahu'alam. (**)

Pandeglang, 11 Agustus 2025  23.21

Posting Komentar

0 Komentar