Banten Lama, Sekarang Kok Begitu!

Suasana saat azan berkumandang. (dokpri)

Sulit banget menulis perjalanan kemarin, malam jum'at (16/10/25) ke Banten lama. Aku ingin mencatat momen menarik apa yang aku lihat, rasa dan simpulkan. Tentu ini subyektif sekali.

Banten lama sekarang modern sekali, jauh di mana dulu pernah menginjak kaki di dalamnya. Kumuh, acak-acakan, dan kurang nyaman. Sekarang, cukup terawat, indah dan memang serasa menginjak kaki di kota suci.

Walau pun gak bisa bohong, pedagang kaki lima dekat menara bikin greget dan gemas. Mereka "kejar dan terus menggeruduk" pengunjung sampai buat jengkel. Apa gak bisa, disuruh pembeli memilih. Ini apa, dipaksa dan terkesan diburu!


Senja menayapa Banten. (dokpri)

Belum beres itu...

datang tukang foto. Foto bersama, katanya. 

Ternyata tidak hanya itu, saat masuk ke area pemakaman sultan, loh kok para petugas penunggu matrealistik banget. Masuk "dipaksa" infak. Itu pun tidak hanya satu, tapi lumayan banyak dengan kata-kata yang terkesan mengintimidasi.

Apalagi makin horor saat berdoa itu, ada orang yang macam kesurupan teriak-teriak. Mana di dekat aku lagi. Campur aduk antara deg-degan dan pura-pura tidak mendengar.

Ternyata tidak hanya aku, jama'ah lain pun sama cukup terganggu. Bahkan, ada yang menatap ke aku dengan tatapan yang gimana ya, mungkin sekilas, "Eh, suruh diam tuh!"

Waduh, masalahnya aku kenal juga enggak. Tahu apalagi, wong sama-sama deg-degan. Begitulah di detik-detik baru datang sampai ziarah.

Karena itu malam jum'at, pengunjung cukup ramai. Cukup syahdu dan harmoni saat salat jam'ah magrib. Jama'ah lumayan penuh. Tak hanya di dalam, di luar masjid pun makin malam makin ramai. Harum sekali mengecup aroma kesyahduan.

Sepanjang perjalanan pulang, di mobil aku berbincang dengan adikku bagaimana soal pemaknaan sejarah. Bagi kami, ziarah itu memang bukan sekedar berdoa dan meminta barakah saja. Lebih dari itu proses penghayatan tokoh-tokoh besar yang telah gugur.

Generasi sekarang harus bisa mengambil semangat itu, untuk melihat hidup ini adalah kesempatan. Berbagi kebaikan dan menebar kebaikan semmapu yang kita bisa. Terlepas ada kesan yang kurang menyenangkan di atas, sejujurnya aku bangga, Banten sekarang jauh lebih tertata.

Tinggal bagaimana kenyamanan itu terjaga dengan medisiplinkan para pedagang yang "kurang bersahabat". Jujur saja, aku pun terasa tersentuh pula sepanjang parkiran sampai ke makbarah sultan, para penjaja dagangan berjejer menatap dengan penuh harap para pengunjung.

Aku hanya berdoa dalam hati, "Semoga rejeki mereka lancar." (***)

Pandeglang, 23/10/25  23.46

Posting Komentar

0 Komentar