Betapa Menggemaskannya Pernyataan Guru Gembul Tentang Dunia Pondok

Sumber: Antaranewst.com.

 
Pernyataan Guru Gembul soal pesantren dan tradisi yang hidup di dalamnya membuat kalangan santri gemas bukan kepalang, dan saya di antaranya. Kenapa tidak gemas, dia bisa begitu lincah bicara soal Islam dan praktik keagamaan tapi lupa ada pakar yang seharusnya ia wajib meminta konfirmasi soal itu.

Lagi dan lagi tuduhan terkait feodalisme di pesantren dan pesantren adalah anti kritik mengemuka. Yang heran pernyataan itu begitu berani disampaikan tanpa ia pernah berada di dunia santri dan mengadakan penelitian secara terbuka dan menyeluruh soal dinamika pesantren.

Namun, saat disanggah oleh Gus Ulil di Cokro TV, katanya yang tahu dunia santri, ya mereka yang pernah jadi santri. Mereka yang bukan santri hanya melihat di luar, lantas menyimpulkan sebatas yang ia bisa lihat lagi nalar.

Pak guru tentu saja menanggapi, kalau begitu adanya, bagaimana mereka para sarjana Barat yang meneliti nilai keislaman. Bahkan bukunya sampai jadi rujukan para pelajar di lembaga pendidikan, bukankah mereka bukan orang luar yang bukan Islam? Loh, kok jadi rujukan?

Namun ada yang luput dari Pak Guru, kalau sarjana barat karyanya jadi rujukan kalangan muslim atau pelajar meski pun mereka bukan muslim, ada hal mencolok. Yakni, para peneliti memang serius meneliti dengan metode ilmiah yang baku.

Hasilnya tidak subyektif tapi memang sangat obyektif karena hasil kajian yang matang dan dipertanggungjawabkan secara pemikiran. Terus bagaimana dengan gugem yang "bicara lantang" tapi tidak jelas metodenya.

Apa hasil scrool di medsos atau membaca di google tanpa pernah berkunjung langsung ke banyak pesantren di nusantara, misalnya ke Lirboyo atau Tebu Ireng. Jadi nanti ada gambaran jelas sehingga bijak mengomentari dunia pesantren dan tradisi yang berkembang di dalamnya.

Meminjam tanggapan Dr. Imam Malik dari NU, kita harus menilai gugem itu sebagai siapa. Seorang peneliti kah, konten kreator kah atau sekedar suara resah guru? Apakah ia serius meneliti? Terus, apa rumusan-rumusan itu? Atau hanya berkata karena menyimpulkan dari bacaan di internet?

Jangan sampai "suara kritik" itu berharap mengoreksi dan membenahi dunia pesantren, tapi jadinya hanya ikut mencoreng dunia pondok yang sedari dulu sudah akrab di warnai stigma negatif.

Kalangan pesantren terus berbenah tapi tetap dianggap stagnan. Dianggap terus feodal padahal lagi dan terus mengembangkan potensi keterbukaan. Terus pula dianggap tertutup padahal terbuka adalah usahanya yang tak kenal waktu.

Kita bisa melihat bukti alumi pondok, toh bukan se-feodal yang dipikirkan. Tak tertutup yang dituduhkan. Misalnya Prof. Mahfudz MD atau Habib Ja'far dan lainnya. Mereka produk pondok, tapi sepakterjangnya apa ya masih feodal?!

Ah, sepertinya narasi gugem maupun kita yang satu suara soal pondok, bisa benar pun bisa belum sempurna kebenarannya. Ada narasi lain yang mungkin belum kita pahami. Akhirnya, berbeda memang tak sama. Wallahu'alam. (**)

Pandeglang, 21 Oktober 2025  21.44 

Posting Komentar

0 Komentar