MARAH KEPADA MANTAN

Kamu mungkin wanita kesekian yang sering marah kalau aku bercerita perihal mantan. Jangankan ketemu membicarakan saja sudah cukup wajahmu kesal, jutek, dan hilang mood. 

Tetapi aku biasa saja kalau kamu menceritakan orang-orang yang pernah singgah di hatimu. Seseorang yang pernah menggoreskan cerita dan mimpi di jiwamu. Untuk masa tertentu. 

Sampai buat kamu curiga dan kadang marah, kenapa tidak marah dan sedikitpun emosi. Padahal dia masa lalu yang sepantasnya aku marah. Karena kamu menceritakan dia kepadaku. 

Aku sih biasa saja. Tersenyum menatapmu. Geli melihat sikapnmu. Rindu untuk segera memelukmu.

Mantan bagiku adalah seseorang yang hanya kenangan. Diingat untuk direnungkan dan dilupakan untuk dirindu.. karena dia telah dimiliki. Sesuatu yang pergi biarkan pergi. Tak usah diberi ruang istimewa karena ruang itu sudah ada kamu yang mengisi.

Biarkan dia seperti sampah yang harus dibuang agar ada sisa-sisa luka. Tak ada ceria yang imajinatif. Tak masa yang yang dihabiskan percuma. Tak ada lagi yang berlalu dihadirkan untuk mengotori rasa yang telah kita tata.

Maka aku bertanya, kalo mantan itu masih spesial dihatimu kenapa harus aku kamu pilih memenemaniku?

Ya, aku yang rela menerima semua sikap dan kebiasaanmu. Aku yang rela menunggu kamu dengan kemarahanmu. Aku yang rela memahami kemanjaanmu.

Sudahlah, yang berlalu cukup tahu. Cukup buat kita menguatkan rasa. Cukup membangun harmoni. Sebab dia telah pergi, kini hanya ada kamu dan aku. Aku dan kamu menjadi Kita. []

Pandeglang,  23/3/21      13:09

Posting Komentar

0 Komentar