Karena Tulisan Sok Hok Gie

-sebuah catatan 

Dari tadi malam coba saya baca dan selesaikan buku dari Sok Hok Gie 'Catatan Harian Seorang Demonstran'. Sayangnya karena tubuh kurang fit dengan perut terisi penuh, ada malas untuk lama-lama membaca. Tahu sendiri bukunya jenisnya elektronik, berbentuk PDF. Pastinya harus dibuka lewat hape. Panas lama-lama ke jari terus megang gaget. Mau gimana lagi daripada tidak sama sekali membaca, mending berkorban untuk tetap melek membaca.

Mendengar nama Hok Gie sudah lama sih, cuma belum ada waktu saja merenungkan dan mendalami sepakterjangnya. Yany ternyata dia adik kandung dari Arief Budiman, aktivis kampung di jaman orde baru yang terkenal garang lagi kritis. Tak ayal ini jadi citra sendiri dalam keluarga mereka.

Kalau ditelisik lebih dalam memahami minat baca dan tulisan Hoe Gie bukan barang aneh. Karena secara genetika bapaknya sendiri redaktur di beberapa surat kabar, baik sebelum maupun pasca merdeka. Tercatat bapaknya memiliki sepuluh karya yang telah dibukukan. Belum lagi kita lihat karya dan aktivitas kakaknya, dalam hal ini terlihat faktor lingkungan ikut mempengaruhi kualitas Soe. 

Saya tidak akan membicarakan terlalu dalam terkait pikiran Soe, bukan tidak tertarik tetapi bukunya belum beres saya baca dan lagian sedang fokus membereskan buku Homo Sapiens, torehan kata dari Youfal Noah Harari. 

Yang Baru Saya Pahami

Buku itu menarik dan isinya sederhana. Agak repot juga karena catatan harian. Mungkin berisi harapan jua terhadap generasi bangsa. Ngomongin generasi tentu saja saya merasa bagian dari itu.
Untuk sementara bisa berkomentar, sebuah catatan bisa berarti tanpa disadari saat kita sudah tak ada lagi. Persis seperti Hok Gie, dia tak pernah berpikir catatan gaje-nya bisa menggemparkan Indonesia. Bukan tak mungkin bagi kita generasi yang jauh sekali masanya, ada secercah kesamaan yakni terkait optimis juga semangatnya. Siap sambut masa gemilang itu kawan?! (*)

Pandeglang,   30/7/21

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar