Kenapa Mereka Ragu dengan Islam?

Saya telah membaca buku-buku terkait pemikiran Islam. Jalan para Cendekiawan yang berbeda menuju nama Islam yang baik lagi ramah. Rel itu bisa berbentuk Sekuler, liberal, konservatif; menyebar pada alian teologi sejenis Sunni, Syiah, Ahmdiyyah, dan lainnya.

Ada beberapa hal yang saya catat, pertama Islam katanya tak lagi relevan. Entah dalam artian apa relevannya. Versi rasanya, versi keingintahuannya, atau versi karena kecocokan jiwanya. 

Biasanya modernisasi menjadi sanggahan. Dibenturkan westernisasi yang tengah mengombak. Benarkan demikian? Saya kok lebih sreg mengatakan orang yang ingin membawa Islam pada modernisasi ialah mereka yang belum memahami hakikat ajaran Islam itu sendiri. Setidaknya bila dilihat dari argumen yang bombastis dan terkesan dipaksakan. 

Diperkuat dengan bangga memakai kata-kata ilmuan Barat sebagai landasan pembenarannya. Padahal seharusnya yang "lebih tahu Islam" itu kita bukan karena mereka. Sederhana sebabnya, karena itu agama yang kita yakini dan kita wajib mencintainya. Kalau orientalis atau orang luar Islam sebelah mata memandang Islam itu wajar, wong itu bukan agamanya. Yang gak wajar kalau mengaku Islam tetapi dalam sikap selalu setengah hati dengan kislamannya. Lucu banget kan?

Kedua mereka mengatakan peradaban itu ilusi. Kita harus telisik dalam segi apanya. Apa kadar keilmuan mereka yang salah atau bisa jadi ketidakpahaman sudut pandang Islam memandang sesuatu. Kita sadari kita punya problem dalam sejarah, tetapi harus jujur diakui seluruh agama juga sama. Salahnya bukan di agama itu sendiri tetapi pelaku/pemeluknya yang kurang memahami esensi keagamaannya. Titik inilah yang riskan dan sering disalahagunakan.

Untuk itu dengan membaca dan merenungkan gagasan mereka dibukunya saya bisa memahami dimana titik tolak problem sesunguhnya. Kalau kata Sigmund Freud, ada sebab dari tingkahnya sekarang. Bisa jadi karena kurang bisa mengelola traumaistis di masa lama. Kalau Adler itu problem yang mampu kok diselesaikan, tinggal bagaimana kita mengelolanya. 

Nah, sampai di sini rasanya kita patut belajar terus mengasah keimanan juga keilmuan kita. Dasar iman perlu terus diasah agar kita tetap ada di jalur aman dengan tidak hanya cari sensasi demi eksistensi semu. Jangan buat hidupmu susah karena pikiran yang dipaksakan. Nikmati keislaman dengan keceriaan dan ketenangan. Kalau belum, ada yang salah dengan keislamanmu. Bukan begitu kata Prof. Mahfudz MD?! Wallahu 'alam. []

Pandeglang ||  8 Agustus 2020 

Mahyu An-Nafi

Posting Komentar

0 Komentar