Memuja Kata Untuk Apa

Saya tidak tahu kenapa harus tiap saat menulis dan mencatat apa yang saya pikirkan. Mungkin ada anggapan bahwa ingin dilihat orang, dipuji atau rindukan, karena dari kata-kata saya dikenal orang. Ada benarnya juga. Mungkin itu harapan setiap yang berpikir demikian.

Tetapi tidak dengan saya, saya menulis untuk menuang secercah asa bagi dunia. Dunia ini terlalu luas untuk luasnya itulah saya ingin menggambarkan betapa selama ini banyak orang yang lalai melihatnya. Banyak yang terlena oleh rasa luka, lupa dengan beban hidup, abai dengan keindahan karena mereka tidak menyisakan rasa untuk menata dunia.

Kalau pun dari kata-kata saya dikenal dan ada yang mau mengenal setiap goresan harian saya, hanya pada-Nya bersyukur. Begitulah Allah beri hamba imajinasi dari sana menemukan arti dari puing-puing kerikil kehidupan.

Tak selamanya kita harus diam dan menyerah akan hidup. Memang dalam hidup tak selalu sama nasib kita, tetapi dengan percaya kita bisa menengok alam bawah sadar kita, betapa Allah tlah beri ruang untuk kita kuat juga bertahan dari panasnya dunia nan fana.

Jangan biarkan kita kalah, menulis adalah bagian saya melawan apa yang tak saya sukai, karena hanya itu yang mampu dilakukan. Ada orang bilang itu sia-sia. Sulit dan lama. Tetapi Raden Ajeng Kartini dikenal bukannya lewat kata-kata dalam surat pada teman Eropa-nya? 
Apa itu sia-sia dan tak punya makna?

Untuk itu, mari menulis. []

Posting Komentar

0 Komentar