Perlukah Kita Saling Membandingkan?

Kenapa harus membandingkan kalau kamu sudah bahagia, begitu kata buku yang tengah saya baca. Membandingkan sudah jadi hal jamak dilakukan. Pastinya siapapun tak mau melakukan perbandingan. Tapi benarkah demikian? Perlu kiranya kita telaah lebih dalam: apa dan bagaimana perbandingan yang boleh pun tidaknya.

Tak Boleh

Asumsi pertama yang muncul adalah kita tak boleh membandingkan. Alasannya memabandingkan sering menjatuhkan. Cara selamatnya dengan fokus pada langkah dan cita-cita. 

Tak selamanya benar meskipun ada hal yang muskil dipahami. Bukankah dengan membandingkan sering timbul semangat dan ambisi yang menggelora. Kita tahu kapasitas kita dan sadar kemampuan kita. Kembali pada individunya saja.

Boleh

Asumsi kedua membolehkan asal tahu kapan relevansinya. Bukan asal membandingkan. Tahu sikon yang ada. Karena ada di masa kita tak punya spirit dan itu harus ditumbuhkan. Cara menumbuhkannya dengan "membandingkan". 

Kesimpulan

Dua argumen di atas amat bagus. Tetap saja kembali pada sikap dan bagaimana kita mengelolanya. Setiap orang punya tabiat berbeda. Perbedaan itulah yang akan mengarahkan kita pada hal yang tak selalu sama. Kalau prinsip kita sudah benar, maka kebenaran itu menuntun pada jalan yang baik. Kembali pada pilihan masing-masing. Wallahu 'alam. (*)

Pandeglang |  6/8/21

Posting Komentar

0 Komentar