Sedikit Mengorek Teori Psikologi Alfred Adler

-Sebuah Catatan Selintas

Menarik membaca buku dari Filosof dari Jepang sana, bukunya best seller berjudul Berani Menjadi Diri Sendiri. Di dalamnya dia mengupas habis sebuah teori psikologi Adler. Sebuah teori yang lebih menekankan pada aspek indivudual. 

Ada perbedaan signifikan dari teori Adler dengan Sigmund Freud. Bila Sigmund mencetuskan teori Aetiologi yang menekankan pada aspek sebab-akibat di masa lalu. Kepribadian seseorang ditentukan oleh kejadian di masa lalu. Depresi bisa terjadi karena trauma.

Ini berbanding lurus dengan teori Teleologi yang dicetuskan Adler yang lebih mengarah pada aspek tujuan atas peristiwa yang terjadi. Adler tidak percaya dengan trauma, karena baginya segala sesuatu tergantung kita melihat dan menyikapinya.

Masa lalu itu sudah terjadi. Tinggal bagaimana kita membangun penyikapan diri. Ada dinamisme dilakukan. Di sinilah keunggulan teori Adler yang lebih memfokuskan pada hal yang realis agar tidak terjebak dalam kubangan "hantu-hantu" masa lampau.

Baginya hidup itu sederhana. Kalaupun sulit, itu bukan terletak pada sulitnya tetapi individu itu gagal memahami apa dan bagaimana esensi kehidupan.

Saya kira, ini tak jauh dengan teori aliran tasawuf di dalam Islam. Untuk mencapai status Insan Kamil harus ikut aturan dan praktek keislamaan. Bila ilmu fiqh hanya pada aspek jasad maka tasawuf mengarah pada ruh keislaman. Ruang batiniah yang mengarah pada sisi esensi kemanusiaan. Akan ke mana hamba dan apa sih hakikat keislaman itu akan terasa bila penanaman masuk dalam tingkat : syariat, tarekat, dan hakikat. Tiga proses menuju apa yang paling esensial dalam kancah keagamaan.

Tentu saja ini bukan sebuah pandangan menyeluruh, asumsi saya bisa dipatahkan karena mungkin terlalu absurd. Diihat dari kacamata pemikir ini terlalu mentah, setidaknya data kurang akurat. Ya udah, saya hanya tertarik kok. Selebihnya, ya terserah Anda. (*)

Pandeglang,  8/8/21

Posting Komentar

0 Komentar